Garuda Indonesia Akhirnya Raup Cuan Setelah Rugi Beruntun

24 April 2019 19:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pesawat Garuda Indonesia di bandara Foto: Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Pesawat Garuda Indonesia di bandara Foto: Reuters
ADVERTISEMENT
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) mengklaim telah melakukan efisiensi di tubuh perseroan. Hasilnya, pada tahun buku 2018 dan kuartal I 2019, GIAA bisa membukukan laba bersih. Emiten penerbangan pelat merah ini diketahui sempat merugi pada 2016 dan 2017.
ADVERTISEMENT
Direktur Keuangan GIAA Fuad Rizal mengatakan langkah efisiensi yang ditempuh perseroan adalah memangkas jumlah penerbangan.
“Misalnya Jakarta-Surabaya itu kita 15 kali terbang (dalam sehari) tapi kalau Sabtu rendah. Ya ngapain terbang 15 kali,” ungkap Fuad di Kantor Pusat Garuda Indonesia, Tangerang, Rabu (24/4).
Fuad mengakui secara historis, Garuda Indonesia selalu merugi pada kuartal I selama 5 tahun terakhir. Sebab perseroan selama ini berkutat pada teori lama: terbang makin tinggi, maka utilitas naik, beban biaya turun. Padahal faktanya, pada kuartal I, permintaan konsumen selalu menurun. Sebab kuartal I bukanlah musim liburan maupun mudik. Melihat kondisi tersebut, Garuda Indonesia pun memutuskan untuk memangkas jumlah penerbangan, mengikuti permintaan pasar.
Jajaran manajemen baru Garuda Indonesia berfoto usai RUPS Tahunan pada Rabu (24/4). Foto: Dok. Garuda Indonesia
“Jadi disesuaikan, kita bisa cut loss. Ini strategi baru melihat seasonal. Kalau low season enggak perlu terbang terus-terusan. Sehingga tingkat isian penumpang (seat load factor/SLF) naik, untung USD 20 juta dari rugi USD 9 juta,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Menurutnya strategi ini juga yang menyelamatkan perseroan dari naiknya harga minyak. Diketahui, selama kuartal I, harga minyak naik hingga 11 persen. Namun Fuad mengklaim, pada periode tersebut GIAA justru bisa menghemat konsumsi bahan bakar hingga 20 persen.
Dengan berhasilnya perseroan membukukan laba di kuartal I, Fuad mengklaim pihaknya cukup optimistis di kuartal II. Sebab pada periode tersebut ada momen Lebaran dan liburan sekolah. Sedangkan di kuartal III juga bertepatan dengan musim haji. Begitu pula dengan kuartal IV yang selalu identik dengan high season.
“Januari sampai Maret itu bagi airlines kuburan paling dalam. Harusnya rugi tapi kita bisa selamat. Strategi kuartal II sebenarnya lebih mudah karena Lebaran, anak sekolah libur. Kalau liburan enggak usah cari penumpang, penumpang yang cari airline,” tandasnya.
ADVERTISEMENT
Seperti diketahui, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) berhasil mencatatkan kinerja positif pada kuartal I 2019. Garuda Indonesia berhasil membukukan laba bersih (net income) sebesar USD 19,7 juta atau sekitar Rp 275,8 miliar. Angka ini tumbuh signifikan dari periode yang sama tahun lalu saat perseroan masih membukukan rugi sebesar USD 64,3 juta atau sekitar Rp 900 miliar. Manajemen GIAA mengklaim pertumbuhan laba tersebut sejalan dengan peningkatan pendapatan usaha perseroan yang tumbuh sebesar 11,9 persen menjadi USD 1,09 miliar.
Sementara sepanjang tahun buku 2018, Garuda Indonesia mencatatkan keuntungan USD 809.846 atau setara Rp 11,5 miliar. Kinerja keuangan Garuda Indonesia menunjukkan perbaikan dibandingkan tahun 2017 yang rugi USD 216,582 juta atau setara Rp 3,7 triliun.
ADVERTISEMENT