Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Kami tidak menaikkan tarif. Harga tiket sudah ditentukan oleh pemerintah.
— Ikhsan Rosan, Vice President Corporate Secretary Garuda Indonesia
Garuda Indonesia menyatakan, tak ada kesepakatan mengatur kenaikan harga tiket pesawat . Kenaikan tiket belakangan ini ia sebut berdasarkan pertimbangan operasional. Pula masih berada dalam batas atas yang ditentukan pemerintah.
Vice President Corporate Secretary Garuda Indonesia, Ikhsan Rosan, menyatakan perusahaannya memenuhi Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 14 Tahun 2016 tentang Mekanisme Formulasi Perhitungan dan Penetapan Tarif Batas atas dan Batas Bawah.
“Jadi range itulah yang diberikan pemerintah untuk dijual oleh maskapai,” ujar Ikhsan, Sabtu (16/3). Kepada kumparan, ia menjawab pertanyaan seputar dugaan kartel terkait kenaikan harga tiket pesawat yang terjadi sejak Januari 2019.
Apabila menilik ke belakang, biasanya periode low season pada Januari hingga Maret, maskapai selalu menerapkan tarif promo. Namun tidak di tahun 2019 ini. Meski high season sudah lewat, tarif berbagai maskapai di Indonesia melambung tinggi.
Berikut petikan wawancara dengan Ikhsan Rosan.
Apa yang menyebabkan Garuda menaikkan harga tiket pesawat?
Kalau kita lihat secara esensi, sebetulnya kami enggak menaikan tiket. Harga tiket itu sudah ditentukan oleh pemerintah sesuai Permenhub Nomor 14 Tahun 2016 terkait batas atas-batas bawah.
Jadi range itu yang diberikan pemerintah untuk dijual oleh maskapai, termasuk Garuda. Nah, karena Garuda maskapai full service/premium, otomatis harganya di atas rata-rata yang lain.
Harga itu, sejak 2014 sampai sekarang, enggak ada perubahan. Jadi kami enggak menaikkan harga tiket. Harga yang kami keluarkan sebenarnya adalah harga yang sesuai dengan nilai keekonomian dari cost yang kami keluarkan.
Banyak pihak mengeluhkan tingginya harga tiket pesawat padahal sedang masuk musim rendah permintaan (low season). Bagaimana tanggapan Anda?
Perlu digarisbawahi bahwa sebelumnya, harga yang dikeluarkan oleh maskapai itu sebenarnya harga promo, bukan harga riil. Maskapai banyak bermain di harga tengah.
Mengapa rata-rata harga tiket pesawat dipasang menengah ke bawah? Karena persaingan.
Maskapai berlomba-lomba menurunkan harga supaya mendapat penumpang lebih banyak. Tapi Garuda tidak mengikuti pola itu karena kami punya pasar sendiri. Harga kami, kalau kita cek secara historical, ya memang di atas rata-rata maskapai lain.
Harga Garuda dibanding dengan maskapai lain ya memang beda. Karena yang lain LCC (low-cost carrier), sedangkan kami premium. Nah, batas atasnya juga berbeda.
Kalau kami (Garuda) boleh menerapkan harga paling atas. Kalau medium kan 90 atau 85 persen (dari tarif batas atas). Nah, tarif yang LCC di bawahnya lagi.
Apakah penentuan harga dibahas dalam rapat-rapat INACA (Indonesia National Air Carrier Association)?
Enggak, itu enggak boleh. INACA bekerja sama dengan Kementerian Perhubungan, tapi bukan untuk menentukan harga. Misalnya dari INACA meminta agar tarif batas atas disesuaikan, tapi dengan menyampaikan data-data, misalnya kenaikan harga avtur sejak dulu atau fluktuasi rupiah.
Kemenhub yang nanti akan menyesuaikan atau tidak tarifnya. Jadi, sekarang enggak bisa menentukan harga. Semua ada di Kemenhub.
Sejumlah pejabat Kemenhub yang dihubungi kumparan, tidak memberikan respons.
Benarkah ada pertemuan antara Dirut Garuda Ari Askhara dan Chairman Lion Air Rusdi Kirana?
Saya enggak tahu. Pertemuan mereka itu biasanya ketika ada annual meeting INACA. Itu pertemuan rutin, membahas perkembangan industri. Pertemuan itu terbuka dengan pihak-pihak luar—ada pembicara, ada menteri, serta mengundang masyarakat juga.
Dalam pertemuan tahunan INACA yang teranyar pada 25 Oktober 2018, Lion Air kembali masuk menjadi anggota Asosiasi Maskapai Penerbangan Nasional Indonesia itu setelah lima tahun hengkang karena berbeda pandangan.
Pertemuan tahunan INACA di Hotel Borobudur Jakarta itu dibuka oleh Dirut Garuda Ari Askhara yang juga menjabat Ketua Umum INACA, dan dihadiri oleh pendiri Lion Air Rusdi Kirana.
Kompaknya berbagai maskapai menaikkan harga memunculkan kecurigaan soal kartel. Apa yang sebenarnya terjadi?
Mungkin kita perlu lihat latar belakangnya. Garuda itu market leader, meskipun secara market share bukan yang paling besar. Tapi dari sisi produk, kami adalah market leader. Biasanya market leader itu diikuti oleh follower. Jadi poinnya adalah, jika Garuda melakukan penyesuaian harga, maka maskapai yang lain akan melihat.
Dalam sistem reservasi terbuka di industri penerbangan, maskapai bisa melihat berapa harga pesaingnya. Sehingga mereka berusaha memberikan harga terbaik ke penumpang—harga yang menarik. Tujuannya untuk mendapatkan lebih banyak penumpang.
Pasar penerbangan domestik kini dikuasai oleh grup Garuda dan Lion, dengan sedikit porsi AirAsia. Bagaimana Anda melihat persaingan yang terjadi saat ini?
Garuda beda. AirAsia dan Lion bergerak di layanan LCC, sementara kami di layanan full service. Maka audience kami beda.
Saya bilang tadi, kami ini market leader. Kami enggak bisa mengambil pasar LCC yang harganya rendah. Garuda punya stand point sendiri terhadap market-nya. Karena market Garuda itu pasar premium. Pasar yang mengutamakan layanan.
Poinnya lagi adalah, ketika maskapai bersaing, mungkin persaingannya bukan di harga (tiket pesawat ), tapi pada layanan dan produk. Persaingan yang pas itu mungkin antara Citilink dan AirAsia. Tapi kalau kita lihat di pasar domestik, rute dan frekuensi Citilink kan lebih bagus dan lebih lengkap daripada AirAsia.
_________________
Simak selengkapnya Liputan Khusus kumparan: Teka-teki Tiket Raib AirAsia