Harga Acuan Batu Bara Oktober 2019 Turun Tipis, Jadi USD 64,80 per Ton

7 Oktober 2019 18:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kapal tongkang membawa batu bara di sungai Mahakam. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kapal tongkang membawa batu bara di sungai Mahakam. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan Harga Acuan Batu Bara (HBA) Oktober 2019 senilai USD 64,80 per ton. Harga acuan tersebut turun tipis dibandingkan September 2019 senilai USD 65,79 per ton.
ADVERTISEMENT
Jika dibandingkan dengan Agustus 2019 yang tercatat USD 72,67 per ton, maka penurunan harga acuan batu bara sudah mencapai 10 persen.
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, Bambang Gatot Ariyono, mengatakan penurunan HBA Oktober terjadi karena mengalami tekanan.
"HBA Oktober ditetapkan USD 64,80 per ton," kata Bambang di Jakarta, Senin (7/10).
Penetapan HBA merujuk pada pergerakan harga batu bara dunia atau index pasar internasional. Ada empat index yang dipakai Kementerian ESDM, yakni Indonesia Coal Index (ICI), New Castle Global Coal (GC), New Castle Export Index (NEX), dan Platts59. Bobot masing-masing index sebesar 25 persen dalam formula HBA.
Gerbong kereta penuh membawa batu bara Foto: China Daily via REUTERS
Sementara itu, Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM, Agung Pribadi, mengatakan penurunan HBA terjadi karena permintaan dari China terus turun. Sebab, Negeri Tirai Bambu itu sedang menggenjot produksi batu bara dalam negerinya.
ADVERTISEMENT
"Faktor lainnya karena masih berlanjutnya perang dagang antara negara Tiongkok dan Amerika Serikat serta menurunnya permintaan batu bara dari benua Eropa," ucap dia.
Selain itu, banjir yang melanda India berpotensi mengerek harga di November mendatang. Sebab, India membutuhkan pasokan impor batu bara seiring dengan terhentinya salah satu tambang terbesar yang memproduksi batu bara.
"Bulan depan kemungkinan naik karena banjir India," tutup Agung.