Harga Ayam di Peternak Anjlok Tapi di Pasar Tak Turun, Kok Bisa?

29 Juni 2019 18:02 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Daging ayam di Pasar Senen, Jakarta Foto: Ema Fitriyani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Daging ayam di Pasar Senen, Jakarta Foto: Ema Fitriyani/kumparan
ADVERTISEMENT
Harga ayam di tingkat peternak sedang anjlok. Hingga saat ini, harga ayam hidup peternak dibanderol sekitar Rp 7 ribu hingga Rp 10 ribu per kilogram. Meski demikian, harga daging ayam di sejumlah pasar terpantau stabil, tak ikut turun. Satu ekor daging ayam (1 kilogram 2 ons) dijual seharga Rp 35 ribu hingga Rp 38 ribu.
ADVERTISEMENT
Mengapa anjloknya harga ayam di tingkat peternak tak diikuti oleh penurunan harga di pasar?
Terkait hal ini, Kementerian Pertanian (Kementan) menilai, peran broker dalam rantai suplai ayam sangat besar, dimana broker bisa bermain menentukan harga yang berakibat adanya disparitas harga di tingkat produsen dan konsumen.
"Selain itu, penjualan daging ayam ras broiler dari hampir seluruh pelaku usaha ayam ras broiler masih bermuara di pasar tradisional dalam bentuk ayam hidup dan hot karkas, sehingga rentan terhadap kelebihan pasokan dan permainan oleh pihak tertentu," kata Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Kementan, Fini Murfiani, dalam keterangan tertulis yang diterima kumparan, Sabtu (29/6).
Giyono memberi makan ayam di peternakan miliknya di Dusun Gluntung, Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Untuk mengangkat harga ayam di tingkat peternak, Kementan mulai mengurangi jumlah stok bibit ayam (day old chicken/DOC) final stock sejak Jumat (28/6) lalu. Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Kementan, Sugiono, mengatakan bahwa pengurangan dilakukan dengan penarikan telur tertunas usia 19 hari pada kandang di 26 perusahaan.
ADVERTISEMENT
“Tiga perusahaan pembibitan parent stock (PS) ayam broiler sudah dilakukan penarikan ada di Jawa Tengah, yakni PT. Charoen Phokphand Indonesia, PT. Japfa Comfeed Indonesia, dan PT. Sumber Unggas Jaya,” katanya.
Sugiono menjelaskan, langkah ini sesuai dengan yang diatur dalam Surat Edaran Dirjen Peternakan dan Keswan Nomor 6996/SE/PK.010/F/6/2019 tentang Pengurangan DOC Final Stock (FS) Broiler di Wilayah Jawa Tengah Tahun 2019.
"Kegiatan ini akan dilakukan selama 2 minggu pada 26 perusahaan pembibit PS yang mendistribusikan DOC FS ke Provinsi Jawa Tengah" tambahnya.
Dia menjelaskan, rata-rata distribusi DOC FS ke Provinsi Jawa Tengah setiap bulan mencapai 42,79 juta ekor. Pihaknya akan menarik sebanyak 6,85 juta ekor DOC FS atau setara 3,43 juta ekor ayam hidup dalam 2 minggu.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, Kementan juga akan melakukan afkir dini PS ayam broiler yang berusia di atas 68 minggu. Kebijakan ini diambil sesuai dengan Permentan No. 40 tahun 2011. Aturan ini juga diperkuat dengan adanya Surat Edaran Dirjen PKH Nomor 6878/SE/TU. 020/06/2019 tentang Afkir PS Ayam Ras Pedaging (Broiler) dan Peningkatan Kapasitas Pemotongan LB Tahun 2019.
“Kami akan lakukan Pengawasan pemotongan live birth (LB) ayam ras broiler dalam dua shift per hari sesuai kapasitas per jam di rumah potong hewan unggas (RPHU) Integrator di Pulau Jawa. Lalu, akan dilakukan pengawasan penyimpanan produk karkas hasil pemotongan LB ayam ras broiler yang disimpan di cold storage sesuai jumlah pemotongan per hari setelah dikurangi distribusi dan evaluasi pelaksanaan afkir PS ayam ras broiler akan dilaksanakan satu minggu setelah tanggal 9 Juli 2019,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Semua langkah ini akan dilakukan oleh tim monitoring dan investigasi yang diterjunkan Kementan di tiga Provinsi yakni Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
“Tim gerak cepat ini turun ke lapangan setelah mendapatkan Surat Perintah Tugas Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan No. 26030/TU.040/F/06 2019 tanggal 26 Juni 2019 untuk menyikapi terpuruknya harga LB dengan menugaskan tim monitoring dan investigasi di 3 provinsi yaitu Jawa Barat (4 wilayah), Jawa Tengah (6 wilayah), dan Jawa Timur (6 wilayah),” tutupnya.