Harga Gula Dunia Jatuh, Produk Impor Makin Tekan Petani Lokal

17 September 2018 12:15 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petani memanen tebu di Sidoarjo (Foto: ANTARA FOTO/Umarul Faruq)
zoom-in-whitePerbesar
Petani memanen tebu di Sidoarjo (Foto: ANTARA FOTO/Umarul Faruq)
ADVERTISEMENT
Harga gula dunia jatuh ke posisi terendah dalam 10 tahun terakhir. Hal ini dipicu kampanye kesehatan soal dampak buruk gula dan makanan berpemanis, sehingga konsumsi menurun di tengah kenaikan produksi.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari data perdagangan komoditas di bursa ICE Futures, harga gula untuk pengiriman September ini hanya 10,1 sen per pon atau turun 5,57 persen. Sementara secara year to date, harga gula telah turun lebih dari 32 persen.
Menurut Dow Jones Market Data, penurunan harga itu merupakan yang terbesar di antara komoditas utama dunia.
Lonjakan produksi gula terbesar terjadi di India yang merupakan produsen gula terbesar kedua di dunia dan Thailand (produsen keempat dunia). "Dunia sudah lewat dari defisit pasokan gula, sekarang justru surplus sejak satu setengah tahun terakhir," kata Presiden dan Kepala Investasi di Teucrium Trading, Sal Gilbertie.
Organisasi Pangan Dunia (Food and Agriculture Organization/FAO) mengungkapkan, produksi gula dunia tahun ini mencapai 187,6 juta metrik ton. Angka itu meningkat 11 persen dibandingkan produksi 2017 lalu.
Aksi Demo Petani Tebu di depan Istana Negara (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Aksi Demo Petani Tebu di depan Istana Negara (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Keadaan ini semakin menekan petani gula Indonesia, terlebih di tengah gelontoran impor gula saat produk gula petani lokal belum terserap pasar seluruhnya. Ketua Umum Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), Soemitro Samadikoen, menilai impor gula mentah yang dilakukan Kementerian Perdagangan terlalu banyak.
ADVERTISEMENT
Soemitro menyebut, potensi impor gula mentah bisa mencapai 7 juta ton, yang jika diolah menjadi gula kristal rafinasi (GKR) atau gula kristal putih (GKP), setara dengan 6,65 juta ton. Sementara produksi gula nasional mencapai 2,3 juta ton sampai akhir tahun ini. Sehingga, potensi stok yang ada diperkirakan mencapai 8,95 juta ton.
Namun, kebutuhan gula di Indonesia baik untuk konsumsi dan industri diperkirakan hanya sebesar 5,2 juta ton, dan akan terjadi surplus sebesar 3,75 juta ton. "Karena surplus ngapain impor lagi," katanya usai menemui Menko Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, di kantornya beberapa waktu lalu.
Dengan harga gula di pasar dunia sebesar 10,1 sen dolar per pon, maka setara Rp 3.262.837 per ton dengan kurs Rp 14.800 per dolar AS. Artinya harga gula impor Rp 3.262 per kilogram, atau hanya seperempat dari harga jual gula kristal putih eceran di Indonesia yang berkisar antara Rp 12.000-Rp14.000 per kilogram.
ADVERTISEMENT