Harga Jagung Masih Mahal, Bulog Siap Impor Lagi 180 Ribu Ton di Maret

9 Februari 2019 14:37 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:05 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Produksi Jagung Foto: Kementerian Pertanian
zoom-in-whitePerbesar
Produksi Jagung Foto: Kementerian Pertanian
ADVERTISEMENT
Perum Bulog menyatakan akan mendatangkan jagung impor sebesar 180 ribu ton pada Maret 2019. Jumlah tersebut sesuai dengan jatah impor yang diberikan pemerintah masing-masing 30 ribu ton di awal Januari 2019 dan sebanyak 150 ribu ton pada 24 Januari.
ADVERTISEMENT
“Minggu 2 Maret (30 ribu ton jagung impor). Sama (150 ribu ton),”ujar Direktur Operasional dan Pelayanan Publik, Tri Wahyudi Saleh, kepada kumparan, Sabtu (9/2). Jika ditotal, Bulog mendapatkan jatah impor jagung sebanyak 180 ribu ton di awal 2019. Tri melanjutkan, kedatangan jagung impor pada bulan Maret ini untuk memasok kebutuhan peternak, sebab jatah impor jagung sebanyak 100 ribu tondi akhir tahun lalu telah habis bersih dibeli oleh peternak ayam. “Perjalanan (pengiriman jagung) satu bulan,” sambung Tri. Sama seperti sebelumnya, 180 ribu ton jagung impor tersebut berasal dari Brasil dan Argentina. Sementara untuk harga jualnya peternak Rp 4.000 per kilogram (kg).
Petani Jagung Foto: Kementerian Pertanian
“Perintahnya Bulog menjual Rp 4.000 per kilogram. Peternak langsung ke gudang. Mekanisme lewat gudang,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Mahalnya harga jagung memang sudah membuat susah peternak ayam. Tidak hanya mahal, peternak juga mengalami kesulitan mendapatkan jagung untuk bahan baku pakan ternak.
Harga jagung di pasaran saat ini mencapai Rp 6.200 - Rp 6.300 per kg. Padahal harga acuan jagung untuk kebutuhan ternak menurut Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 96 Tahun 2018 Rp 4.000 per kg.
Dampak dari mahalnya harga jagung ini adalah terganggunya produksi baik telur maupun ayam hidup. Kemudian harga jual di pasaran juga sangat rendah dibandingkan biaya produksi yang dikeluarkan peternak.
"Biaya produksi saat ini dengan harga pakan Rp 6.000 per kg. Biaya produksi (sekitar) Rp 21.000. Sementara pedagang membeli Rp 18.000-20.000 per kg,” timpal Presiden Layer Nasional, Ki Musbar, saat dikonfirmasi terpisah.
ADVERTISEMENT