news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Harga Minyak Indonesia Naik Jadi USD 70,68 per Barel di Juli 2018

5 Agustus 2018 12:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pompa angguk di sumur minyak. (Foto: instagram @daririsang)
zoom-in-whitePerbesar
Pompa angguk di sumur minyak. (Foto: instagram @daririsang)
ADVERTISEMENT
Harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) Juli 2018 menjadi USD 70,68 per barel, naik tipis USD 0,32 per barel dibanding ICP Juni lalu yang sebesar USD 70,36 per barel.
ADVERTISEMENT
Sedangkan ICP SLC Juli 2018 juga mengalami kenaikan yaitu sebesar USD 1,32 per barel dari USD 70,73 per barel menjadi USD 72,05 per barel.
Tim Harga Minyak Indonesia menjelaskan, perkembangan harga rata-rata minyak mentah utama di pasar internasional pada bulan Juli 2018 dibandingkan Juni 2018, sebagian besar mengalami peningkatan menjadi sebagai berikut:
- Dated Brent naik sebesar USD 0,02 per barel dari USD 74,33 per barel menjadi USD 74,35 per barel. - WTI (Nymex) naik sebesar USD 3,26 per barel dari USD 67,32 per barel menjadi USD 70,58 per barel. - Basket OPEC naik sebesar USD 0,26 per barel dari USD 73,01 per barel menjadi USD 73,27 per barel. - Sedangkan untuk Brent (ICE), mengalami penurunan sebesar USD 0,99 per barel dari USD 75,94 per barel menjadi USD 74,95 per barel.
ADVERTISEMENT
Peningkatan harga minyak mentah utama di pasar internasional disebabkan oleh beberapa faktor, yakni permintaan minyak mentah global tahun 2018 berdasarkan Publikasi International Energy Agency (IEA) dan negara eksportir minyak atau OPEC bulan Juli 2018:
a. IEA memperkirakan pertumbuhan permintaan minyak mentah global mengalami peningkatan 1,4 juta barel per hari menjadi 99,1 juta barel per hari.
b. OPEC menyampaikan peningkatan pertumbuhan minyak mentah global di tahun 2018 disebabkan oleh peningkatan permintaan minyak negara-negara Organization for Economic Co-operation and Development atau OECD dan Non OECD, antara lain peningkatan permintaan NGL dan middle distillate di Amerika dan pertumbuhan ekonomi di Eropa.
"Terdapat peningkatan aktivitas industri petrokimia yang juga menyebabkan meningkatnya permintaan produk light dan middle distillate," demikian tertulis dalam laman resmi Kementerian ESDM, Minggu (5/8).
Aktivitas pengeboran migas. (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Aktivitas pengeboran migas. (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
Penyebab lainnya adalah penurunan total suplai minyak mentah dari negara-negara OPEC di tahun 2018:
ADVERTISEMENT
a. Berdasarkan Publikasi OPEC suplai minyak mentah dari negara-negara OPEC di tahun 2018 mengalami penurunan 301 ribu barel per hari dibandingkan tahun 2017 yaitu menjadi 32,33 juta barel per hari, yang berasal dari beberapa negara antara lain Iran, Libya, Venezuela, dan Angola.
b. Berdasarkan Publikasi IEA, kepatuhan anggota OPEC atas komitmen pembatasan produksi yang mencapai 120% di bulan Juni 2018 sebesar 1,41 juta barel per hari dari kesepakatan pembatasan sebesar 1,18 juta barel per hari.
Selain itu, penurunan stok minyak mentah dan produk Amerika Serikat (AS) pada bulan Juli 2018 dibandingkan bulan Juni 2018, berdasarkan laporan Energy Information Administration (EIA):
a. Minyak Mentah AS turun sebesar 6,8 juta barel menjadi 241,2 juta barel.
ADVERTISEMENT
b. Gasoline AS turun sebesar 2,8 juta barel menjadi 117,4 juta barel.
"Berdasarkan Publikasi OPEC, pertumbuhan perekonomian global masih terus berlanjut pada tahun 2018 dengan tingkat pertumbuhan sebesar 3,8 persen, antara lain didukung oleh peningkatan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS, China dan India," tulis Kementerian ESDM.
Ilustrasi pengeboran minyak dan gas (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pengeboran minyak dan gas (Foto: Wikimedia Commons)
Faktor lainnya adalah kondisi ketegangan geopolitik dan krisis ekonomi antara lain:
a. Ketegangan antara Presiden AS dan Presiden Iran mulai memanas sehingga meningkatkan potensi risiko geopolitik. AS menghimbau beberapa negara untuk berhenti melakukan impor minyak mentah dari Iran. Hal ini menyebabkan ketidakstabilan supply-demand minyak mentah Iran.
b. Berdasarkan Laporan International Monetary Fund (IMF), krisis ekonomi Venezuela menyebabkan terjadinya penurunan produksi minyak mentah Venezuela yang mencapai titik paling rendah selama 30 tahun terakhir yaitu mencapai 1,5 juta barel per hari.
ADVERTISEMENT
c. Terganggunya transportasi dan distribusi minyak mentah Libya dengan dihentikannya pengapalan minyak mentah di Libya pada pertengahan Juli 2018 karena terdapat penyerangan dan penculikan beberapa pekerja oleh kelompok militan Libya.
d. Arab Saudi menghentikan pengapalan minyak mentah dari Pelabuhan Bab Al-Mandeb setelah penyerangan terhadap sejumlah kapal tanker milik Arab Saudi oleh kelompok militan Yaman.
Terakhir, kesepakatan AS dan Eropa untuk menghindari perang perdagangan internasional dengan penundaan penerapan tarif pajak oleh AS untuk kendaraan dan komponen mesin dari Eropa. Untuk kawasan Asia Pasifik, peningkatan harga minyak mentah dipengaruhi oleh peningkatan pembangunan infrastruktur di China yang menyebabkan peningkatan permintaan minyak mentah China.