Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Huawei Bukan Kacangan, Kenapa Bos-nya Dibekuk Aparat Kanada?
7 Desember 2018 7:12 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
ADVERTISEMENT
Aparat keamanan Kanada membekuk bos Huawei Technologies Co Ltd, Meng Wanzhou, untuk kemudian diekstradisi ke Amerika Serikat (AS). Posisi Meng di Huawei bukanlah orang sembarangan. Dia merupakan puteri pendiri dan CEO Huawei, yang juga menjabat Chief Financial Officer (CFO) di perusahaan tersebut.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, AS meminta penangkapan Meng, terkait dengan penyelidikan dugaan pelanggaran sanksi perdagangan AS. Tapi hingga kini, Kementerian luar negeri China mengaku belum menerima penjelasan resmi dari AS maupun Kanada.
Lantas ada apa dengan Huawei? Huawei yang di Indonesia dikenal antara lain sebagai merek ponsel, pernah dipandang sebelah mata. Dikenal sebagai merek China, Huawei setidaknya di era 2000-an, dianggap sebagai ponsel kacangan.
Pada masa itu, merek ponsel Eropa seperti Nokia dan Ericsson, atau Samsung dari Korea Selatan, dianggap lebih keren dan berkelas. Merek Huawei bahkan dicandai sebagai Alkatel, mengacu ke merek Prancis, Alcatel. Tapi Alkatel ini akronim dari ‘Asal Kayak Telepon’.
Tapi itu cerita di Indonesia dulu. Kini Huawei selain sebagai produsen smartphone terbesar kedua di dunia, juga pemasok perangkat jaringan telekomunikasi terbesar di dunia. Pendapatannya pada 2017 lalu mencapai USD 92 miliar atau lebih dari Rp 1.341 triliun.
ADVERTISEMENT
Pencapaian itu telah membuat Huawei meninggalkan merek-merek seperti Ericsson dan Nokia yang dulu mengunggulinya, kini jauh di bawah Huawei. Ericsson misalnya, di Indonesia pernah menjadi penguasa perangkat jaringan telekomunikasi.
Tapi seperti juga di pasar global, posisi itu kini telah digeser oleh Huawei. Bahkan nilai penjualan Cisco Systems, merek asal AS yang ada di posisi kedua, hanya USD 48 miliar atau sekitar setengahnya dari total penjualan Huawei.
Nilai Penjualan Perangkat Jaringan Telekomunikasi (2017)
Huawei: USD 92,55 miliar
Cisco Systems: USD 48 miliar
Fujitsu: USD 38,57 miliar
Nokia: USD 27,72 miliar
Ericsson: USD 24,16 miliar
NEC: USD 23,95 miliar
Qualcomm: USD 22,29 miliar
ZTE: USD 16,71 miliar
Sumber: Statista
Sebelum berjaya seperti sekarang, Huawei didirikan pada 1987 oleh mantan perwira militer Ren Zhengfei. Hingga kini, Ren menjadi pemilik Huawei , meski kerap didengungkan perusahaan itu sebagai milik karyawan.
ADVERTISEMENT
Markas perusahaan ini ada di pusat teknologi di Shenzhen, Cina selatan. Jumlah pekerjanya sekitar 180.000 orang. Ini belum termasuk karyawan di kantor-kantor dan pusat produksi di luar China, seperti di banyak negara di Eropa, Asia dan Afrika.
Baru pada 1990-an, Huawei mulai bersaing secara internasional dan dikenal ‘perusak’ harga karena tawarannya yang murah pada klien-klien mereka. Dengan hasil pengembangan teknologi yang mereka tiru dari pesaingnya, Huawei kemudian menjadi penguasa pasar.
Gara-gara itu, Cisco Systems dan Motorola mengajukan tuntutan hukum atas dugaan pencurian rahasia dagang.
Kini Huawei telah menghabiskan investasi besar untuk penelitian dan pengembangan, hingga menjadi pemimpin global dalam teknologi jaringan telekomunikasi, serta produsen smartphone kelas atas.
Sebaliknya, pesaing utama mereka dari Eropa, Nokia dan Ericsson harus berjuang menghadapi masalah finansial dalam beberapa tahun terakhir. Huawei bahkan terus berkembang ke area baru, termasuk pengembangan chip, kecerdasan buatan (artificial intelligent), dan komputasi awan.
ADVERTISEMENT
Badan-badan intelijen AS menuduh Huawei terafiliasi dengan pemerintah China. Teknologi mereka mengandung instrumen untuk digunakan oleh mata-mata pemerintah. Tapi tidak ada bukti otentik atas tuduhan ini. Huawei juga telah berulang kali membantahnya.
Sebagian besar negara, bahkan sekutu dekat AS seperti Kanada, Inggris, dan Jerman, belum melakukan tindakan apa pun terhadap Huawei. Mereka beralasan memiliki prosedur yang cukup untuk menguji keamanan peralatan dari Huawei.
Tetapi Australia dan Selandia Baru baru-baru ini melarang Huawei membangun jaringan 5G, dan ada indikasi bahwa negara-negara lain termasuk Jerman meninjau kembali masalah ini.
Penangkapan bos Huawei yang juga merupakan puteri pendiri dan CEO Huawei, kini memicu kekhawatiran masalah perang dagang antara AS dan China, akan kembali meruncing. Padahal sebelumnya kedua negara sepakat untuk gencatan senjata meski dalam jangka pendek.
ADVERTISEMENT