IMF Proyeksi Ekonomi RI Stabil 5,2 Persen di 2019

13 April 2019 13:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pertumbuhan Ekonomi Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pertumbuhan Ekonomi Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,2 persen di tahun ini. Angka ini stabil dari proyeksi IMF sebelumnya di Januari 2019.
ADVERTISEMENT
Namun proyeksi tersebut di bawah target pertumbuhan ekonomi pemerintah dalam APBN 2019 yang mencapai 5,3 persen.
Sementara pertumbuhan ekonomi ASEAN-5 yang terdiri dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand diprediksi lebih rendah, yaitu 5,1 persen dari sebelumnya diprediksi 5,2 persen di tahun ini.
Adapun pertumbuhan ekonomi global diproyeksi sebesar 3,3 persen di tahun ini, dari sebelumnya 3,5 persen.
Sejak Oktober 2018, IMF sudah dua kali menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia seiring dengan berbagai tekanan yang menyelimuti seperti perang dagang, melambatnya pertumbuhan ekonomi negara-negara ekonomi maju (advanced economies) seperti Amerika Serikat (AS), China, dan kawasan Euro, hingga tren harga komoditas yang melandai.
Pekerja beraktivitas pada proyek pembangunan gedung bertingkat di kawasan Kuningan, Jakarta. Foto: Antara/Aprillio Akbar
Direktur Departemen IMF untuk Asia dan Pasifik Changyong Rhee mengatakan, risiko penurun perekonomian di kawasan Asia tersebut masih ada, mulai dari perdagangan, harga minyak yang tinggi, dan volatilitas pasar keuangan global.
ADVERTISEMENT
"Jika perlambatan perdagangan ternyata lebih terasa dan lebih tahan lama, itu jelas akan memengaruhi pertumbuhan di kawasan Asia-Pasifik," ujar Rhee dalam keterangan resminya, Sabtu (13/4).
Rhee mengatakan, kawasan Asia Pasifik terus menyumbang lebih dari 60 persen terhadap pertumbuhan global.
Untuk China, IMF memprediksi ekonomi China menjadi 6,3 persen, naik 0,1 poin persentase dari estimasi sebelumnya pada Januari.
Menurutnya, kenaikan proyeksi tersebut mencerminkan dampak dari perkembangan terakhir dalam perundingan perdagangan China-AS serta kebijakan fiskal ekspansif China yang lebih kuat dari yang diperkirakan.
"Respons kebijakan fiskal China yang lebih besar dari perkiraan akan membantu mengimbangi dampak permintaan eksternal yang lebih lemah," katanya.
Di Jepang, ekonomi diproyeksikan akan meningkat menjadi 1 persen pada tahun ini dan memperkirakan perlambatan pertumbuhan bertahap menjadi 0,5 persen di tahun depan.
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi Foto: ANTARA FOTO/ Dhemas Reviyanto
Sementara di India, pertumbuhan diperkirakan meningkat menjadi 7,3 persen di tahun ini dan melesat hingga 7,5 persen di tahun mendatang.
ADVERTISEMENT
Untuk menghadapi risiko penurunan ekonomi, IMF menyarankan agar ekonomi Asia mengadopsi kebijakan yang lebih gesit, waspada, dan bijaksana.
"Kebijakan-kebijakan ekonomi makro harus bertujuan menstabilkan pertumbuhan, sambil memastikan keberlanjutan dan meningkatkan ketahanan," kata Rhee.
Selain itu juga termasuk reformasi pasar tenaga kerja dan produk, memperkuat pengeluaran sosial untuk mengatasi meningkatnya ketidaksetaraan. Upaya untuk membuka ekonomi kawasan lebih lanjut ke perdagangan juga dapat mengurangi risiko-risiko dari meningkatnya proteksionisme global.
"Asia juga perlu fokus pada kebijakan untuk mempertahankan momentum pertumbuhannya dalam jangka panjang dalam menghadapi penurunan pertumbuhan produktivitas dan penuaan yang cepat," tambahnya.