Impor BBM Disoroti Prabowo, Apa Kabar Proyek Kilang Jokowi?

5 November 2018 12:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto di Rakernas LDII (Foto: kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto di Rakernas LDII (Foto: kumparan)
ADVERTISEMENT
Di sela-sela deklarasi relawan Rhoma Irama for Prabowo-Sandi di Depok pada Minggu (28/10) kemarin, Calon Presiden Prabowo Subianto mengkritisi kebijakan impor yang dilakukan pemerintahan Jokowi, di antaranya impor bahan bakar minyak (BBM).
ADVERTISEMENT
Menurut dia, kebijakan impor ini hanya akan melemahkan perekonomian rakyat. Karena itu, Prabowo menegaskan bahwa Indonesia harus swasembada energi.
Saat ini kebutuhan BBM di dalam negeri mencapai 1,6 juta barel per hari. Sementara kilang-kilang Pertamina hanya mampu memproduksi 800 ribu barel per hari. Separuh dari kebutuhan BBM harus dipenuhi dari impor. Pada 2021, diperkirakan konsumsi BBM nasional akan tembus 2 juta barel per hari.
Tapi impor BBM sebenarnya bukan masalah baru, bukan hanya di era Jokowi saja. Indonesia sudah menjadi negara net importir minyak sejak 2004 atau 14 tahun lalu karena produksi minyak terus menurun secara alamiah, sementara kebutuhan di dalam negeri sebaliknya makin besar karena pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor.
ADVERTISEMENT
Untuk menekan impor BBM ini, pemerintah mendorong pembangunan kilang minyak dan modifikasi kilang-kilang minyak yang sudah ada. Sekarang PT Pertamina (Persero) tengah menjalankan 4 proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) alias modifikasi Kilang Cilacap, Balikpapan, Balongan, dan Dumai. Selain itu ada 2 proyek Grass Root Refinery (GRR) atau pembangunan kilang baru di Tuban dan Bontang.
Bagaimana kabar proyek-proyek kilang tersebut? Berikut perkembangan terbarunya, dirangkum kumparan pada Senin (5/11):
1. RDMP Balikpapan
Pertamina telah melakukan lelang kontraktor untuk RDMP Balikpapan. Setelah lelang selesai, kontrak Engineering, Procurement, and Construction (EPC) akan segera ditandatangani pada Desember 2018. Konstruksi RDMP Balikpapan pun dapat dimulai akhir tahun ini.
"Tanda tangan kontrak Desember, masih sesuai rencana, EPC Balikpapan itu Desember. Technical evaluation sudah selesai, sekarang masuk komersial, tanda tangan tetap Desember," kata Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, pada 31 Oktober 2018 lalu.
ADVERTISEMENT
Proyek RDMP Balikpapan diperkirakan membutuhkan dana USD 4,6 miliar dan dikerjakan dalam 2 tahap. RDMP Balikpapan tahap 1 ditargetkan selesai pada 2021 mendatang.
Adapun RDMP Balikpapan tahap 2 ditargetkan selesai pada 2025 bersamaan dengan GRR Bontang. Kilang Balikpapan yang kapasitas produksinya saat ini 260 ribu barel per hari (bph), akan meningkat menjadi 360 ribu bph setelah dimodifikasi.
Kilang Balongan milik PT Pertamina RU-VI, Cirebon, Jawa Barat. (Foto: Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Kilang Balongan milik PT Pertamina RU-VI, Cirebon, Jawa Barat. (Foto: Dok. Istimewa)
2. RDMP Cilacap
Pertamina telah menggandeng Saudi Aramco untuk mengerjakan proyek RDMP Cilacap. Biaya investasi untuk RDMP Cilacap akan mencapai USD 6 miliar.
Saudi Aramco meminta insentif kepada pemerintah untuk proyek ini. Pemerintah pun mengabulkannya, BUMN perminyakan Arab Saudi itu dijanjikan mendapat pembebasan pajak impor. Insentif ini diperoleh karena proyek kilang termasuk industri pionir.
ADVERTISEMENT
"Tadinya kan Saudi Aramco minta kejelasan pajak impor dan itu sudah dijawab oke dapat karena masih masuk sebagai kriteria industri pionir dan memang kita perlu untuk yang namanya kilang supaya ya jangan impor BBM melulu," kata Menko Perekonomian Darmin Nasution pada 31 Agustus 2018 lalu.
Setelah memberi kepastian soal insentif, pemerintah pun meminta kepastian juga dari Saudi Aramco mengenai kapan proyek RDMP Cilacap siap dijalankan.
RDMP Cilacap ditargetkan selesai pada 2022. Modifikasi ini akan menambah kapasitas kilang Cilacap dari saat ini 348 ribu barel per hari (bph) menjadi 400 ribu bph. Bukan hanya itu, kompleksitasnya akan ditingkatkan, jadi jauh lebih modern. Nelson Complexity Index yang sekarang 4 bakal menjadi 9,4.
ADVERTISEMENT
Dengan kenaikan kapasitas dan kompleksitas, produksi bensin (gasoline) kilang Cilacap akan bertambah 80 ribu bph, produksi solar meningkat 60 ribu bph, dan avtur bertambah 40 ribu bph.
3. RDMP Balongan
RDMP Balongan sebelumnya direncanakan akan selesai pada 2021, namun Pertamina memproyeksikan penyelesaian RDMP Balongan diundur. Saat ini pengerjaan proyek RDMP Balongan masih dalam tahap feasibility study.
Kapasitas Kilang Balongan yang saat ini 125.000 barel per hari akan meningkat menjadi 240.000-250.000 barel per hari setelah dimodifikasi. Nantinya Kilang Balongan mampu memproduksi BBM dengan jenis Euro 5.
4. RDMP Dumai
Untuk kilang Dumai, modifikasinya diperkirakan selesai pada 2025. Adapun tambahan kapasitasnya menjadi sekitar 130.000 bph.
Kilang Balongan milik PT Pertamina RU-VI, Cirebon, Jawa Barat. (Foto: Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Kilang Balongan milik PT Pertamina RU-VI, Cirebon, Jawa Barat. (Foto: Dok. Istimewa)
5. GRR Tuban
Pertamina berencana memindahkan proyek pembangunan kilang minyak Tuban ke Situbondo, Jawa Timur. Rencana tersebut akan dievaluasi terlebih dahulu oleh Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar.
ADVERTISEMENT
Pemindahan lahan untuk proyek pembangunan kilang minyak memang diusulkan oleh Pertamina sejak beberapa bulan lalu. Alasannya karena lahan seluas 800 hektare di Tuban 50 persennya merupakan tanah milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
"Saya lagi evaluasi. Pertamina lagi evaluasi lokasinya. Nanti saya panggil lagi," kata Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar, pada 18 Oktober 2018 lalu.
6. GRR Bontang
Pertamina sudah menetapkan mitra untuk membangun GRR Bontang, yaitu Overseas Oil and Gas LLC (OOG) yang menggandeng perusahaan trading Cosmo Oil International Pte Ltd (COI).
Biaya pembangunan Kilang Bontang diperkirakan mencapai USD 10 miliar. Pertamina tidak ikut mendanai proyek, seluruh biaya tersebut ditanggung OOG dan COI. Selain itu, Pertamina mendapat 10 persen saham secara cuma-cuma dalam tahap awal persiapan, feasibility study, hingga kajian-kajian.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, Pertamina akan meninjau kembali besaran saham yang diberikan konsorsium setelah Final Investment Decision (FID). Katanya, perusahaan akan menimbang apakah menambah jumlah saham atau tidak.
Oman akan memasok 80 persen minyak untuk Kilang Bontang. Sementara Pertamina dapat jatah memasok sebesar 20 persen sisanya.