Ini Penyebab Indonesia Masih Impor Beras Meski Surplus 2,8 Juta Ton

24 Oktober 2018 12:09 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas memeriksa stok beras di Gudang Bulog. (Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)
zoom-in-whitePerbesar
Petugas memeriksa stok beras di Gudang Bulog. (Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)
ADVERTISEMENT
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan potensi surplus produksi beras hingga akhir tahun ini sebesar 2,85 juta ton. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan rilis Kementerian Pertanian (Kementan) sebesar 13,03 juta ton.
ADVERTISEMENT
Penghitungan BPS tersebut menggunakan metode terbaru Kerangka Sampel Area (KSA) yang pada tahap awal dilakukan di 16 provinsi sentra produksi beras. Hasilnya, luas panen tahun 2018 diperkirakan 10,9 juta hektare.
Ada pun produksi padinya sebanyak 56,54 juta ton gabah kering giling (GKG) atau setara 32,42 juta ton beras. Sedangkan angka konsumsi beras nasional 29,57 juta ton per tahun, sehingga ada surplus sebesar 2,85 juta ton.
Meski terjadi surplus, namun impor beras masih dilakukan pemerintah. Adapun di tahun ini pemerintah melakukan impor beras sebesar 1,8 juta ton.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, surplus 2,85 juta ton beras tersebut tersebar di berbagai pihak dan tidak berada dalam satu area. Surplus beras itu ada di rumah tangga produsen, konsumen, pedagang, penggilingan, hotel dan restoran, hingga Bulog. Sementara beras yang dikelola pemerintah hanya di Bulog.
ADVERTISEMENT
"Jadi yang surplus 2,85 juta ton itu bagus, tapi apakah kita enggak memerlukan surplus yang lebih besar? Sebulan aja perlu 2,5 juta ton beras untuk dikonsumsi," ujar Suhariyanto di kantornya, Jakarta, Rabu (24/10).
Berdasarkan survei kajian cadangan beras (SKCB) BPS 2015 mencatat, 44 persen dari surplus beras berada di rumah tangga produsen dan 3 persen di konsumen. Sehingga jika dihitung dengan kondisi surplus produksi beras sebesar 2,85 juta ton, sebanyak 1,35 juta ton beras tersebut berada di produsen.
Target serapan gabah beras (Foto: ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha)
zoom-in-whitePerbesar
Target serapan gabah beras (Foto: ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha)
"Kalau jumlah rumah tangga produsen 14,1 juta keluarga, artinya setiap rumah tangga produsen surplus 7,5 kilogram per bulan. Jadi surplus berasnya itu tersebar," jelasnya.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution sebelumnya juga mengatakan selama ini stok beras aman karena adanya impor. Sebab, surplus produksi beras hanya ada 2,8 juta ton hingga akhir tahun ini. Belum lagi ada beberapa petani yang sengaja menyimpan beras sehingga suplai ke pasar tersendat.
ADVERTISEMENT
"Karena kita impor. Kalau enggak ada impor, tewas," kata Darmin.
Adapun surplus sebesar 2,8 juta ton tersebut juga dinilai masih kurang. Hal ini lantaran lahan baku sawah di Indonesia yang juga menurun menjadi 7,1 juta hektare di tahun ini, dari sebelumnya 7,75 juta ha.