INKA Produksi Trem Bertenaga Baterai dan Rancang Kereta Cepat

27 Agustus 2018 10:12 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
PT Industri Kereta Api (Persero) Tbk atau INKA tengah bergeliat dengan melebarkan bisnisnya. Setelah berhasil memproduksi lokomotif, gerbong kereta penumpang dan barang, sampai kereta ringan atau Light Rail Transit (LRT), INKA diam-diam juga tengah memproduksi trem di pabriknya yang berlokasi di Madiun, Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama INKA Budi Noviantoro mengungkapkan trem yang diproduksi INKA sangat ramah lingkungan. Alasannya karena trem menggunakan baterai yang bisa diisi ulang. Untuk memproduksi trem ini, INKA bekerja sama dengan pabrikan Bombardier.
"Ini nanti hanya pakai charger, nanti kita pakai wireless charger. Kita searching dengan teman-teman, Bombardier punya teknologi dan kita akan kerja sama," ungkap Budi kepada kumparan Senin (27/8).
Budi menjelaskan pihaknya tidak menggunakan teknologi kelistrikan third rail pada trem. Thrid rail sebelumnya digunakan untuk LRT Palembang yang diproduksi INKA dengan menyalurkan energi listrik di bawah rel. Sedangkan sistem kelistrikan trem pada umumnya menggunakan Listrik Aliran Atas (LAA), mirip dengan KRL Commuter Line.
"Saya enggak perlu masang third rail. Jadi nanti pakai quick charger, wireless charger untuk bisa nyetrum. Berhenti, nyetrum, 2 menit jalan lagi," tambahnya.
Trem tanpa sopir di China (Foto: China Daily)
INKA menjamin dalam memproduksi trem ini, tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) lebih tinggi dari yang diimpor. Targetnya TKDN mencapai 90 persen. Adapun uji coba operasional trem akan dilakukan pada bulan September mendatang.
ADVERTISEMENT
"Hanya baterai dan roda saja (impor), inverter dan segala macam sudah pakai lokal. Ini kalau jalan, ini trem merah-putih. Mungkin akhir September kita akan uji coba," tuturnya.
Selain trem, INKA juga tengah mengembangkan kereta cepat. Blue print soal produksi kereta cepat sudah dibuat dengan melibatkan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan perguruan tinggi nasional. Sama dengan trem, INKA menamai kereta cepat merah-putih.
"Target kita di 2025 ini," sebutnya.
Untuk mendukung proses pengembangan kereta cepat, BPPT akan membantu untuk penyediaan fasilitas uji coba kereta cepat. Setidaknya diperlukan test track sepanjang 50 kilometer (km).
Direktur Utama PT INKA (Persero), Budi Noviantoro saat berkunjung ke kumparan, Jakarta, Rabu (15/8/2018). (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Budi menegaskan tidak ada kendala dalam akuisisi teknologi kereta cepat. Alasannya, teknologi High Speed Railway (HSR) masih di bawah teknologi kereta LRT Jabodebek yang dikembangkan INKA.
ADVERTISEMENT
"Kami dibantu pemerintah diberi fasilitas testing uji yang diletakkan di BPPT, kemudian nanti juga harus ada test track sepanjang 50 km untuk bisa menguji kereta yang kita buat," ujarnya.