Jalan Tol Bakauheni - Palembang Beroperasi Penuh Agustus 2019

25 Mei 2019 15:22 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Keuangan PT Hutama Karya, Anis Anjayani (tengah) dan Direktur Pengelolaan Risiko Keuangan Kemenkeu, Brahmantio Isdijoso (kanan) meninjau gerbang tol Marelan di Tol Trans Sumatera. Foto: Wendiyanto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Keuangan PT Hutama Karya, Anis Anjayani (tengah) dan Direktur Pengelolaan Risiko Keuangan Kemenkeu, Brahmantio Isdijoso (kanan) meninjau gerbang tol Marelan di Tol Trans Sumatera. Foto: Wendiyanto/kumparan
ADVERTISEMENT
PT Hutama Karya (Persero) menargetkan Tol Trans Sumatera ruas Bakauheni - Palembang sepanjang 358,7 kilometer (km) beroperasi penuh pada Agustus 2019. Ruas tersebut saat ini belum sepenuhnya beroperasi secara komersial karena ada yang masih berfungsi fungsional. Direktur Utama Hutama Karya, Bintang Perbowo saat ini baru ruas tol Bakauheni - Terbanggi Besar yang sudah beroperasi secara penuh.
ADVERTISEMENT
“Mungkin sempurna hasilnya sampai Palembang, sampai bulan Agustus, karena terakhir itu masih ada sedikit tanah-tanah yang belum bebas di kiri-kiri kanan tapi main road sudah bebas,” katanya kepada awak media saat ditemui di sela-sela kunjungan ke pondok pesantren di Palembang, Sabtu (25/5).
Sejumlah kendaraan melaju saat hari pertama pengoperasian Tol Bakauheni-Terbanggibesar di Kota Baru, Jati Agung, Lampung Selatan, Lampung, Sabtu (22/12/2018). Foto: ANTARA FOTO/Ardiansyah
Meski demikian, ruas tol sepanjang 140,9 kilometer (km) sudah bisa digunakan untuk mudik Lebaran 2019. Hanya saja, ada beberapa ruas tol yang kondisinya masih fungsional seperti ruas Tol Terbanggi Besar - Kayu Agung.
Bintang menambahkan untuk ruas Tol Kayu Agung - Palembang juga akan beroperasi melayani arus mudik Lebaran meski statusnya masih fungsional.
“H-7 kalau enggak salah itu satu arah ke arah Palembang itu saja. Jadi sudah bisa pakai,” sambungnya.
ADVERTISEMENT
Bintang memaparkan salah satu hambatan progres pengerjaan adalah perataan tanah di kawasan Kayu Agung - Palembang. Di sana struktur rawa menjadi progres pengerjaan lebih lama.
“Itu mahal karena rawa. Itu pengerjaannya 2 kali lipat dari biasa,” katanya.