news-card-video
26 Ramadhan 1446 HRabu, 26 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

Jokowi ke Mendag: Ekspor RI Kalah dari Thailand hingga Vietnam

31 Januari 2018 13:55 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ngopi sore bareng Jokowi di Istana Bogor (Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ngopi sore bareng Jokowi di Istana Bogor (Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan)
ADVERTISEMENT
Saat membuka rapat kerja Kementerian Perdagangan (Kemendag) di Istana Negara, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Kemendag agar meningkatkan kinerja ekspor.
ADVERTISEMENT
Saat ini, kata Jokowi, ekspor Indonesia masih tertinggal dibanding negara-negara tetangga seperti Thailand, Malaysia, dan Vietnam. Pembukaan raker Kemendag ini dihadiri oleh Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dan para pejabat tinggi Kemendag.
"Kementerian Perdagangan sangat berperan sekali terjadi satu hal tadi, ekspor. Tapi yang sangat jelas, kalau kita lihat angka-angka ekspor Indonesia sudah sangat kalah jauh tertinggal dengan negara-negara sekitar kita, ini fakta, angkanya ada. Dengan Thailand kalah kita, dengan Malaysia kalah kita, dengan Vietnam kalah kita. Kalau kita terus-teruskan seperti ini bisa kalah dengan Kamboja atau Laos," kata Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Rabu (31/1).
Menurut Jokowi, hal ini ironis karena penduduk Indonesia jauh lebih banyak dibandingkan Thailand, Malaysia, maupun Vietnam.
ADVERTISEMENT
"Coba lihat Thailand angka eskpor di 2016, 2017 saya kira enggak akan jauh juga, USD 231 miliar USD. Malaysia USD 184 miliar, Vietnam USD 160 miliar, kita USD 145 miliar. Ini fakta. Negara sebesar ini kalah dengan Thailand yang penduduknya 68 juta. Malaysia 31 juta penduduknya, Vietnam 92 juta. Ini ada yang keliru, ini yang harus diubah, tanggung jawab saudara-saudara semua," ujarnya.
Jokowi menilai, Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) belum bekerja dengan maksimal untuk mempromosikan produk-produk Indonesia ke luar negeri. Padahal anggaran yang dihabiskan untuk ITPC cukup besar. Jokowi mengancam akan menutupnya saja kalau tak bisa menggenjot ekspor.
"Yang rutinitas monoton kita lakukan bertahun-tahun tanpa ada perubahan apapun. Kita merasa bekerja tapi kalau dibandingkan dengan yang hasilnya harus kita lihat, kita harus ngomong apa adanya. ITPC kita, apa pegangan kita? Untuk apa? Mestinya di situ ada market intelijen bisa melihat peluang-peluang di negara yang Bapak Ibu bertugas itu apa. Dirjen juga harus bisa melihat peluang, kendala yang dihadapi itu apa," ucapnya.
ADVERTISEMENT
"Bertahun-tahun kita memiliki ITPC apa yang dilakukan? Apa mau kita teruskan? Kalau enggak ada manfaatnya saya tutup, negara keluar biaya untuk itu, jangan lupa Bapak-Ibu, negara keluar duit yang tidak kecil, banyak. Apa yang sudah dilakukan? Apa yang sudah dikerjakan (ITPC)?" ia menambahkan.
Jokowi juga menyebut asar-pasar ekspor non-tradisional yang punya potensi besar seperti Afrika, Pakistan, Bangladesh juga kurang digarap. Peluang pasarnya besar sekali, tapi Kemendag masih terlalu terpaku pada pasar ekspor tradisional seperti Amerika Serikat (AS), Uni Eropa, dan lain-lain.
Kemendag diperintahkan agar lebih fokus masuk ke pasar-pasar ekspor non-tradisional. Meskipun kita sudah surplus tetapi masih terlalu kecil angkanya.
Bahkan, kata Jokowi, saat Bangladesh menggelar pameran perdagangan, Indonesia tidak turut andil. Padahal semua negara ikut dalam acara tersebut.
ADVERTISEMENT
"Kita terlalu monoton ngurus pasar tradisional. Sudah bertahun-tahun kita ditinggal negara lain yang sudah mulai masuk pasar-pasar baru. Kita enggak pernah menengok Pakistan misalnya, penduduknya 207 juta dibiarkan. Bangladesh, penduduknya 160 juta, ini pasar besar," katanya.