Jokowi Pertanyakan, Mati Listrik Massal 17 Tahun Lalu Bisa Berulang

5 Agustus 2019 10:07 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo saat berkunjung ke kantor pusat PLN, Senin (5/8). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo saat berkunjung ke kantor pusat PLN, Senin (5/8). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo menyambangi Kantor Pusat PLN di Jl. Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (5/8). Kedatangannya untuk meminta penjelasan langsung terkait mati listik massal yang melanda wilayah Jakarta, Banten, Sebagian Jawa Barat dan Jawa Tengah pada Minggu (4/8).
ADVERTISEMENT
Jokowi yang ditemani sejumlah menteri, yakni Menteri ESDM Ignasius Jonan, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, dan Seskab Pramono Anung, mempertanyakan penyebab yang membuat masalah tersebut bisa terjadi. Padahal, hal serupa juga pernah terjadi sebelumnya.
"Saya tahu peristiwa seperti ini pernah kejadian di tahun 2002, (itu) 17 tahun lalu untuk jawa dan bali. Mestinya itu bisa dipakai sebuah pelajaran kita bersama jangan sampai kejadian yang sudah pernah terjadi kembali terjadi lagi," kata Jokowi.
Baginya, apa yang sudah terjadi tak hanya memberi dampak buruk bagi PLN semata. Tapi banyak pihak-pihak lain ikut dirugikan. Jokowi menyebut kerugian yang dialami MRT saat insiden mati lampu.
Petugas saat melakukan pengecekan di sebuah pembangkit listrik tenaga uap. Foto: Dok. PLN
"Saya tahu ini tidak hanya bisa merusak reputasi PLN namun banyak hal di luar PLN terutama konsumen sangat dirugikan. Pelayanan transportasi umum sangat berbahaya sekali, MRT misalnya," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Jokowi bahkan terdengar mempertanyakan kalkulasi yang sudah dilakukan pihak PLN agar hal serupa tak terjadi. Dia kembali menekankan bahwa insiden mati listrik turut merugikan banyak pihak.
Plt. Dirut PLN, Sripeni Inten Cahyani. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
"Pertanyaan saya bapak ibu semuanya kan orang pintar-pintar. Apalagi urusan listrik dan sudah bertahun tahun. Apakah tidak dihitung apakah tidak dikalkukasi kalau akan ada kejadian-kejadian?, " ujar Jokowi.
"Sehingga kita tahu sebelumnya. Kok tahu-tahu drop. Artinya pekerjaan yang ada tidak dihitung tidak dikalkulasi. Dan itu betul-betul merugikan kira semuanya," pungkasnya.