Jokowi Soal Impor Jagung 180 Ribu Ton: Ekspornya Lebih Besar

1 Maret 2019 13:36 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana Jokowi hadir di acara panen raya jagung, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Foto: Fahrian Saleh/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana Jokowi hadir di acara panen raya jagung, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Foto: Fahrian Saleh/kumparan
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo mengakui dalam pemerintahannya masih rutin mengimpor jagung meski jumlahnya tidak besar. Terakhir, impor jagung yang dilakukan pemerintah adalah sebanyak 180 ribu ton. Izin impor jagung sebanyak itu diberikan kepada Perum Bulog.
ADVERTISEMENT
Jokowi memandang impor jagung dari tahun ke tahunnya terus menurun. Sehingga masalah impor jagung ini tidak perlu dibesar-besarkan.
"Kemarin impornya masih 180 ribu ton, iya betul (tapi) 4 tahun lalu kita impor 3,5 juta ton. Sekarang ini impor di 2018 (baru) 180 ribu ton karena sudah bisa disuplai dari produksi petani jagung," kata Jokowi saat menghadiri Panen Raya Jagung di Kabupaten Goronto Utara, Provinsi Gorontalo, Jumat (1/3).
Kendati demikian, dia menekankan bahwa pemerintah juga melakukan ekspor yang jumlah dan nilainya jauh lebih besar.
"Itu kan ekspornya sudah 380 ribu ton, ini hanya menjaga keseimbangan agar suplai dan demand tidak melimpah," tegas Jokowi.
Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana Jokowi hadir di acara panen raya jagung, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Foto: Fahrian Saleh/kumparan
Ekspor dilakukan agar terjadi keseimbangan harga di dalam negeri khususnya saat panen raya tiba. Biasanya saat panen, harga komoditas pangan seperti jagung cenderung merosot tajam karena kelebihan pasok.
ADVERTISEMENT
"Kalau suplai melimpah harganya jatuh, semua petani tidak akan mau nanam jagung lagi, yang selalu kita jaga itu," timpalnya.
Jokowi pun optimistis, jagung masih menjadi komoditas pangan paling seksi di dunia. Dia menganggap masih banyak negara di dunia yang membutuhkan jagung khususnya dari Indonesia.
"Kalau jagung masih bagus, masih banyak. Pokoknya harga kita kompetitif, harga ekspor itu harus mesti kompetitif, kualitas mesti harus baik, itu yang harus dipegang, bahwa pasat untuk pakan ternak itu hampir semua negara sekarang ini," pungkasnya.