news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kelebihan Produksi, Harga Sawit Merosot Hampir 30 Persen

1 November 2018 16:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perkebunan kelapa sawit (Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perkebunan kelapa sawit (Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)
ADVERTISEMENT
Industri kelapa sawit dan produk turunannya masih menjadi salah satu penopang perekonomian Indonesia. Namun saat ini harga Crude Palm Oil (CPO) sedang menurun drastis. Menko Perekonomian Darmin Nasution menyebutkan, salah satu penyebab penurunan harga tersebut ialah melimpahnya pasokan sawit di berbagai daerah.
ADVERTISEMENT
“Indonesia masuk ke usia produksi optimal sehingga tingkat produksi 2018 itu relatif lebih tinggi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Peningkatan produksi langsung meningkatkan stok mencapai 4,8 juta ton per Juni 2018,” ungkap Darmin saat 14th Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2018 di Bali International Convention Center, Kamis (1/11).
Di sisi lain puncak panen sawit jatuh pada Agustus hingga November. Sehingga stok CPO diperkirakan masih akan terus meningkat hingga akhir tahun.
Pekerja membawa kelapa sawit (Foto: AFP PHOTO / Chaideer Mahyuddin)
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja membawa kelapa sawit (Foto: AFP PHOTO / Chaideer Mahyuddin)
Produksi yang sangat baik pada 2018 ini, menurut Darmin, dikhawatirkan justru akan terus menekan harga CPO dan harga Tandan Buah Segar (TBS) pada tingkat petani kecil. “Seperti yang saya katakan sebelumnya, harga CPO yang mencapai USD 636 per ton pada awal 2018 turun sekitar 24 persen ke level USD 485 per ton,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Untuk TBS, Darmin juga tidak menampik bahwa terdapat penurunan harga. Di Kalimantan Barat, harga TBS yang berusia 10-20 tahun pada Januari 2018 mencapai Rp 1.680 per kg. Saat ini harga tersebut turun menjadi Rp 1.351 per kg pada bulan Oktober 2018 atau anjlok sekitar 20 persen. Di Sumatra Utara harga TBS pada Januari 2018 mencapai Rop 1.786 per kg, turun 16 persen menjadi Rp 1.501 per kg pada Oktober 2018.
Kondisi tersebut membuat petani CPO tidak mendapatkan harga bagus untuk TBS mereka meskipun kualitasnya relatif sangat baik. “Ironisnya, meskipun petani menghasilkan TBS berkualitas tinggi, misalnya yang paling berat dapat mencapai 95 kg, dan tingkat hasil dapat mencapai 20 ton per hektare, tetapi kesejahteraan mereka tidak meningkat secara signifikan karena tingkat harga yang rendah,” tandasnya.
ADVERTISEMENT