Kepala BKPM Kesulitan Mendata Investasi E-commerce: Jujur Keteteran

30 Januari 2018 20:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua BKPM, Tom Lembong (Foto: Ela Nurlaela/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ketua BKPM, Tom Lembong (Foto: Ela Nurlaela/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong mengaku keteteran atau kesulitan mendata jumlah investasi yang masuk ke perusahaan e-commerce maupun perusahaan rintisan (startup). Menurut dia, mendata e-commerce lebih sulit ketimbang sektor investasi lain seperti minyak dan gas (migas).
ADVERTISEMENT
"Tiba-tiba secara mendadak angkanya melonjak jadi miliaran dolar. Terus terang saya merasa kita sedikit keteteran dan fenomenanya mendadak. Kita seringkali mengalami kesulitan klasifikasi ke dalam bidang usaha karena sangat beragam," keluh Lembong saat ditemui di Kantor BKPM, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Selasa (30/1).
Lembong mengakui pertumbuhan e-commerce dan startup di Indonesia sangat pesat. Jumlah uang yang berputar di bisnis ini juga cukup besar.
Belanja online (Foto: musgravemarketplace)
zoom-in-whitePerbesar
Belanja online (Foto: musgravemarketplace)
"Kalau kita lihat pengumuman dari perusahaan e-commerce atau startup, banyak pengumuman mengenai investasi triliunan bahkan puluhan triliun, tapi angka ini setahu saya masih belum tercermin dalam database BKPM. Karena ini fenomena yang mendadak, baru dua tahun terakhir. Bukan berarti sebelum 2015 tidak ada, tapi skalanya masih kecil," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Lembong, BKPM pernah mencoba menghitung jumlah investasi yang masuk di e-commerce dan startup sepanjang tahun lalu mencapai USD 4,8 miliar. Tapi hitungan tersebut hanya perkiraan atau hitungan kasar. Angka itu sangat besar mengingat jumlah investasi yang masuk di sektor migas saja mencapai USD 9 miliar.
"Total investasi e-commerce dan startup sudah lebih dari separuh investasi di migas. Jadi skalanya sudah besar dengan pertumbuhannya 30-50% per tahun," sebutnya.