Kepala BKPM Khawatir dengan Ekonomi Indonesia di Tahun 2020

13 Februari 2019 11:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (15/8/2018). Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
zoom-in-whitePerbesar
Suasana aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (15/8/2018). Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
ADVERTISEMENT
Optimisme ekonomi mulai kembali terlihat di awal 2019. Meski demikian momentum ini dikhawatirkan tak akan berlangsung lama, terutama setelah Pemilu 2019 berakhir.
ADVERTISEMENT
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong mengatakan banyak gangguan dan tekanan yang terakumulasi dari tahun lalu, dan harus ditangani begitu Pemilu 2019 rampung.
"Kalau enggak diberesin bisa meledak di sekitar 2020-2021," ungkap Thomas di The Ritz Carlton, Jakarta, Rabu (13/2).
Thomas mengatakan menjelang Pemilu, pihaknya melihat masih banyak pekerjaan rumah milik pemerintah yang belum rampung. Banyaknya pekerjaan rumah ini tidak lain adalah dampak dari gejolak 2018 yang masih tersisa hingga saat ini. Tahun lalu, Thomas mengakui bahwa dunia gagal mengantisipasi kondisi ekonomi. Sehingga hampir semua negara mengalami gejolak seperti melemahnya nilai tukar.
Kepala BKPM Thomas Lembong Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan
Meski masih banyak pekerjaan rumah yang belum terselesaikan, di sisi lain, terobosan kebijakan seolah-olah harus direm. Sebab Thomas menilai, periode jelang pemilu biasanya lebih sensitif dengan isu politik.
ADVERTISEMENT
“Banyak terobosan-terobosan yang takut keluar karena takut digoreng secara politik," ujarnya.
Thomas tidak menampik bahwa siklus politik merupakan salah satu penyebab perlambatan ekonomi. Menurutnya secara historik setiap tahun sebelum pemilu, biasanya terjadi perlambatan ekonomi. Namun pasca pemilu, akan terjadi recovery.
"Begitu Pemilu lewat kita akan lihat recovery cukup kencang. Meski demikian ketika Pemilu lewat masih banyak PR. Di dalam perekonomian banyak distorsi tekanan yang terakumulasi," tandasnya.