Kepala SKK Migas Heran, Ada yang Ingin Menahan-nahan Investasi Migas

9 September 2019 16:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, mengecek data produksi gas di control room pada Float Processing Unit milik Kangean Energy Indonesia Ltd. Foto: Wendiyanto/ kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, mengecek data produksi gas di control room pada Float Processing Unit milik Kangean Energy Indonesia Ltd. Foto: Wendiyanto/ kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas berupaya menaikkan produksi minyak dan gas, di tengah langkanya penemuan cadangan-cadangan baru terutama yang skalanya raksasa.
ADVERTISEMENT
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, mengungkapkan sejumlah strategi untuk menahan penurunan produksi migas. Jika strategi itu dijalankan, akan bisa menaikkan produksi migas. Di antaranya adalah dengan mendorong pengelola wilayah kerja, untuk mengembangkan ladang-ladang migas di areanya yang belum tergarap.
“Jadi kalau sebelumnya SKK Migas cuma menunggu kontraktor untuk mengajukan WP&B (Work Program and Budget) untuk kita review, kalau sekarang SKK Migas yang proaktif. Jadi enggak cuma menunggu yang pegang blok untuk menggarap field yang undeveloped,” katanya kepada kumparan, dalam kunjungan kerja di Pulau Pagerungan, Senin (9/9).
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, mengecek data produksi gas di control room pada Float Processing Unit milik Kangean Energy Indonesia Ltd. Foto: Wendiyanto/ kumparan
Menurutnya, saat ini SKK Migas sudah mulai melakukan review terhadap lapangan-lapangan yang belum digarap, di wilayah-wilayah kerja kontraktor migas. Prioritasnya adalah pada kontraktor terbesar.
ADVERTISEMENT
Dari data SKK Migas, lima Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) terbesar penyumbang lifting minyak nasional selama semester I 2019 adalah Chevron Pacific Indonesia (194 ribu bph). Selain itu, Exxon Mobile Cepu Limited MCL (220 ribu bph), Pertamina EP (80 ribu bph), Pertamina Hulu Mahakam (37 ribu bph), dan PHE OSES (29 ribu bph).
Sedangkan lima besar penyumbang lifting gas nasional dalam periode yang sama, adalah BP Tangguh (971 MMSCFD), COPHI Grissik (827 MMSCFD), Pertamina EP (768 MMSCFD), Pertamina Hulu Mahakam (662 MMSCF), dan ENI Muara Bakau (589 MMSCFD).
Dwi menambahkan, jika hasil review dari SKK Migas ada lapangan yang secara keekonomian layak diusahakan, pihaknya akan mendorong kontraktor agar segera memasukkannya ke dalam WP&B atau rencana kerja. Jadi jika sudah jelas kontraktornya mendapat perpanjangan kontrak, investasi segera dijalankan tanpa menunggu periode kontrak pertama habis.
ADVERTISEMENT
“Lah kalau kaku-kakuan, saya enggak menyebut siapa ya. Tapi ini terjadi. ‘Enggak bisa, kamu kan nanti efektif (kontrak baru) kan tahun depan. Investasinya nanti saja.’ Lho orang mau mempercepat investasi kok malah enggak boleh. Bagaimana ini logikanya. Saya juga enggak tahu kenapa kok begitu?” ungkap mantan Direktur Utama Pertamina ini.
Tapi Dwi Soetjipto enggan mengungkap, siapa pihak yang disebutnya menahan-nahan investasi itu. Demikian juga dengan motif di balik perbuatan tersebut.
Selain mendorong percepatan investasi untuk pengusahaan lapangan migas, Dwi mengungkapkan tiga strategi lain. Yakni mengoptimalkan operasi yang sudah berjalan dan mengimplementasikan Enhanced Oil Recovery (EOR). Yang terakhir tentu saja melakukan eksplorasi, dengan harapan ada temuan cadangan migas baru dalam skala raksasa.
ADVERTISEMENT