KKP Komit Alokasikan Dana hingga USD 900 Ribu buat Konservasi Mangrove

30 Oktober 2018 15:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wisata Hutan Mangrove Jungut Batu. (Foto: Intan Alfitry Novian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Wisata Hutan Mangrove Jungut Batu. (Foto: Intan Alfitry Novian/kumparan)
ADVERTISEMENT
Indonesia yang memiliki garis pantai sepanjang lebih dari 95.181 km adalah salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di dunia. Tak hanya itu, wilayah mangrove Indonesia juga merupakan yang terbesar di dunia, luasnya sekitar 23 persen dari area bakau global.
ADVERTISEMENT
Tak heran bila ekosistem pesisir Indonesia menyumbang 17 persen dari cadangan karbon biru dunia, yaitu karbon yang dapat mengurangi emisi karbondioksida sehingga bisa memitigasi pemanasan global dan perubahan iklim.
Meski demikian, ekosistem karbon biru Indonesia juga termasuk yang paling terancam di dunia. Sekitar 3 hingga 7 persen ekosistem karbon biru menghilang setiap tahun, dengan kondisi terburuk ditemukan di Pantai Utara Jawa. Penyebab utamanya adalah pengerukan, degradasi kualitas air, deforestasi dan kegiatan akuakultur. Diperkirakan 70 persen hutan bakau di Indonesia rusak akibat kegiatan manusia.
Menyadari hal tersebut, Badan Riset Dan SDM (BRSDM) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengambil langkah untuk melakukan konservasi di sektor pesisir. Kepala BRSDM KKP Sjarief Widjaja mengungkapkan, pihaknya telah berkomitmen untuk menerapkan Blue Forest Project.
ADVERTISEMENT
“Kita ingin mempertahankan posisi mangrove jadi paru-paru dunia. Di OCC (Our Ocean Conference) ini kami sudah memberikan komitmen mengalokasikan USD 400-900 ribu hingga 2019 untuk menyiapkan komunitas-komunitas mangrove di Indonesia. Kami kerja sama dengan GRID Arendal dari Norwegia,” ungkap Sjarief di Bali Nusa Dua Convention Center, Selasa (30/10).
Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan, Sjarief Widjaja. (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan, Sjarief Widjaja. (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
Komunitas tersebut akan di bentuk per area misalnya di Jawa, Sumatera dan lainnya. Menurut Sjarief, proyek ini merupakan peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan edukasi dan kepekaan masyarakat yang tinggal di sekitar lingkungan mangrove.
Sebab, keberadaan hutan mangrove sejatinya sangat berguna tidak hanya bagi biota laut tapi juga bagi masyarkat di sekitarnya. Artinya jika kualitas hutan mangrove naik, maka diharapkan kualitas hidup masyarakat di sekitarnya juga turut meningkat.
ADVERTISEMENT
“Kalau ada mangrove itu banyak ikan, kepiting yang hidup di bawahnya. Air juga menjadi lebih jernih. Kalau masyarakat sadar akan hal itu, mereka akan merawat mangrove karena mereka hidup dari situ,” tutupnya.