Kontroversi Bambang Irianto, Eks Bos Petral yang Kini Tersangka di KPK

10 September 2019 15:14 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mantan Dirut Petral, Bambang Irianto (kedua dari kiri). Foto: Dok. BUMN
zoom-in-whitePerbesar
Mantan Dirut Petral, Bambang Irianto (kedua dari kiri). Foto: Dok. BUMN
ADVERTISEMENT
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) hari ini resmi menetapkan Mantan Presiden Direktur Pertamina Energy Trading Limited (Petral), Bambang Irianto, sebagai tersangka.
ADVERTISEMENT
Bambang diduga menerima suap jutaan dolar AS terkait upaya pengaturan perdagangan minyak mentah dan produk kilang di Pertamina Energy Services Pte. Ltd (PES) selaku subsidiary company PT. Pertamina (Persero). Bambang diduga mengarahkan perusahaan tertentu untuk memenangkan tender.
Bukan kali ini saja nama Bambang Irianto mencuat. Ia kerap disebut-sebut oleh Tim Reformasi Tata Kelola Migas (RKTM) menjelang pembubaran Petral pada 2015. Ketua Tim RKTM, Faisal Basri, mengaku mendapatkan laporan bahwa gaji Bambang Irianto sebagai Presdir Petral mencapai SGD 44.000 alias Rp 446 juta per bulan (kurs Rp 10.145 per SGD). Belum lagi pesangonnya mencapai SGD 1.195.508 atau setara dengan Rp 12 miliar.
Yang membuat Faisal Basri makin kaget adalah fasilitas berupa apartemen mewah di Four Season untuk kediaman dinas Presdir Petral. Gaji, tunjangan, dan fasilitas untuk Presdir Petral lebih besar dibanding yang diterima Direksi PT Pertamina (Persero). Padahal Pertamina adalah perusahaan induk Petral.
ADVERTISEMENT
"Pak Dwi (Dwi Soetjipto, waktu itu Dirut Pertamina) gaji Dirut Pertamina berapa, kira kira Rp 200 juta-an deh. Makanya gajinya berapa kali lipat dari direksi," kata Faisal pada 1 April 2015.
Faisal Basri Foto: Ema Fitriyani/kumparan
Sudirman Said, yang pada 2015 menjabat sebagai Menteri ESDM, mengungkapkan kontroversi lain yang berkaitan dengan Bambang Irianto. Sudirman menyebut, banyak pegawai Petral yang tak kooperatif selama proses audit investigasi. Salah satunya adalah Bambang Irianto.
Sudirman menuturkan, Bambang Irianto baru diperiksa satu kali saat audit investigasi. Dalam pemeriksaannya Bambang mengaku tidak memiliki data Petral selama ia bekerja dengan alasan laptopnya hilang. "Ketika diminta data-datanya, dia mengatakan laptop hilang," ujar Sudirman pada 27 November 2015.
Sudirman Said. Foto: Kevin S. Kurnianto/kumparan
Setelah Bambang Irianto dicopot dari jabatannya, Sudirman melanjutkan, proses audit investigasi yang dilakukan Kordamentha menjadi lebih mudah. Sebab, semua akses informasi yang selama ini ditutup Petral jadi terbuka.
ADVERTISEMENT
Petral, yang disebut-sebut sebagai sarangnya mafia migas, dibubarkan pada 13 Mei 2015, seusai rekomendasi Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Ditengarai ada perburuan rente dari pengadaan impor minyak Pertamina melalui Petral.
Proses impor minyak mentah dan BBM dialihkan dari Petral ke Integrated Supply Chain (ISC). Pertamina mengaku ada penghematan setelah impor minyak dan BBM tak lagi melalui Petral. Selama 2015-2016 misalnya, Pertamina mengaku berhasil menghemat USD 523 juta.