news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

KSEI: Per Oktober 2018, Jumlah Investor Pasar Modal Capai 1,5 Juta

16 November 2018 16:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) meluncurkan The Central Depository and Book Entry Settlement System (C-BEST) generasi terbaru. (Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) meluncurkan The Central Depository and Book Entry Settlement System (C-BEST) generasi terbaru. (Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Jumlah investor perorangan (Single Investor Identification/SID) di pasar modal Indonesia mencapai 1,53 juta hingga akhir Oktober 2018. Jumlah tersebut meningkat 37 persen dibandingkan dengan jumlah SID pada 2017 yang sebanyak 1,12 juta investor. Jumlah tersebut terdiri dari investor saham sebanyak 813 ribu invesor, reksa dana 933 ribu investor, SBN 185 ribu investor dan saham scrip 1.638 investor.
ADVERTISEMENT
Direktur Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) Syafruddin mengatakan, dari total investor tersebut, investor domestik di pasar modal masih didominasi dari Pulau Jawa yaitu sebanyak 73,78 persen dengan nilai asset Rp 2.048,90 triliun. Sehingga menurutnya, potensi untuk mengembangkan jumlah investor di luar Jawa masih sangat besar.
“Potensi di luar DKI Jakarta dan luar Jawa masih sangat besar. Kalau dilihat lebih detail, di Kalimantan misalnya secara jumlah, masih kalah dengan Sumatera, tapi nilai asetnya jauh lebih besar,” ungkap Syafruddin di Hotel Novotel, Solo, Jawa Tengah, Jumat (16/11).
Secara rinci, Syafruddin menjelaskan, sebaran investor posisi kedua berada di Sumatera yaitu sebanyak 14,35 persen dari total investor, dengan nilai asset Rp 32,30 triliun.
ADVERTISEMENT
Sejumlah pengunjung memotret pencatatan saham. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah pengunjung memotret pencatatan saham. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Posisi ketiga, Kalimantan yaitu sebanyak 4,4 persen dengan nilai asset Rp 48 triliun. Keempat, Sulawesi dengan sebaran investor sebanyak 3,44 persen, total asset Rp 4,36 triliun. Terakhir, Maluku dan Papua dengan investor 1,14 persen dan total asset senilai Rp 1,25 triliun. Untuk semakin mendongkrak jumlah investor, Syafruddin tidak menampik, ada beberapa infrastruktur yang perlu didukung.
“Ada infrastruktur yang perlu di-support. Misalnya Bank Pembangunan Daerah juga bisa jadi Bank Rekening Dana Nasabah agar investor di daerah meningkat lagi,” ujarnya.
Selain itu, Syafruddin juga melihat, masyarakat di berbagai daerah masih didominasi umat muslim. Sehingga pihaknya pun juga berencana untuk lebih mengeksplor Lembaga Penjamian Simpanan (LPP) Syariah.
Selain itu, untuk terus mendukung pertumbuhan jumlah investor, Syafruddin menyatakan, pihaknya selalu berkomitmen untuk memperbarui data sebaran dan kategori investor pasar modal. Sebab, dengan data yang komprehensif, maka akan dapat diputuskan langkah atau strategi yang paling tepat.
ADVERTISEMENT
“Data ini kami harapkan bisa menggambarkan, jadi kalau mau dikembangkan infrastruktur misalnya untuk kemudahan investasi, kita perlu lakukan apa, sih. Bisa berangkat dari data ini,” tandasnya.