Kuartal III, Defisit Transaksi Berjalan Diprediksi Lebih dari 3 Persen

9 November 2018 8:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) Indonesia selama kuartal III 2018 diperkirakan melebar dibandingkan kuartal sebelumnya maupun periode yang sama tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Adapun pada kuartal II 2018, CAD mencapai USD 8 miliar atau mencapai 3 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Sementara pada kuartal III 2017, CAD mencapai USD 4,3 miliar atau 1,65 persen terhadap PDB.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah memproyeksi, CAD di kuartal III 2018 akan mencapai USD 10-11 miliar atau bisa melebihi 3 persen terhadap PDB. Padahal, batas aman CAD adalah 3 persen terhadap PDB.
"Saya memperkirakan CAD pada kuartal III ini sekitar USD 10-11 miliar," ujar Piter kepada kumparan, Jumat (9/11).
Dia pun memperkirakan, transaksi berjalan akan mencatatkan defisit sebesar USD 23-24 miliar sejak awal tahun hingga akhir September 2018. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan CAD selama setahun lalu yang mencapai USD 17,3 miliar atau 1,7 persen terhadap PDB.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Ekonom PT Bank Maybank Indonesia Tbk Myrdal Gunarto mengatakan, CAD di kuartal III akan mencapai 3,5 persen terhadap PDB. Hal ini lantaran neraca perdagangan yang juga masih mencatatkan defisit.
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. (Foto: ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)
zoom-in-whitePerbesar
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. (Foto: ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)
"Diperkirakan 3,5 persen terhadap PDB. Ini karena defisit perdagangan masih tinggi, seiring permintaan impor yang kuat untuk kebutuhan BBM, pangan, dan bahan infrastruktur saat harga minyak melonjak dan rupiah juga melemah," jelas Myrdal.
Selain itu, defisit primary income juga melebar dibandingkan kuartal sebelumnya akibat pembayaran bunga aset investasi, utang, maupun dividen yang mencapai puncaknya di kuartal III 2018.
"Tapi di kuartal IV CAD akan kembali ke sekitar level 2.9 persen lagi, karena diasumsikan laju impor agak tertahan seiring dolar AS yang smakin mahal. Harga minyak sudah lebih rendah dari kuartal sebelumnya, sementara puncak pembayaran dividen perusahaan ke investor luar juga sudah lewat," katanya.
ADVERTISEMENT
Peneliti Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira juga memproyeksi CAD akan melebihi 3 persen pada kuartal III 2018, yakni hingga 3,1 persen teehadap PDB.
Dari sisi neraca jasa, dia mengatakan, devisa pariwisata juga belum mampu mendorong CAD mengecil. Hal ini lantaran adanya bencana alam dan gempa di beberapa wilayah Indonesia yang bisa menekan laju pariwisata.
"Dari sisi jasa harapan adanya devisa pariwisata yang cukup besar nampaknya pupus. Event internasional memang membawa turis lebih banyak, tapi spending yg diharapkan tidak besar. Kemudian bencana alam di beberapa tempat membuat jumlah wisman berkurang. Ini force majeur yang tidak bisa dikendalikan," tambahnya.