Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Kurs Lira Terjun Bebas, Turki Dihantui Krisis
11 Agustus 2018 18:07 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Anjloknya kurs lira mengguncang ekuitas global dan pasar negara berkembang. Imbas dari anjloknya lira membuat takut investor dan akhirnya mereka menarik dana
dan mengalihkan investasinya ke yen atau obligasi pemerintah Amerika Serikat.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pun turun tangan dengan meminta warga Turki untuk segera menukar emas dan tabungan mata uang asing seperti euro atau dolar AS ke lira.
Jatuhnya kurs lira disebabkan karena kekhawatiran yang meningkat atas perselisihan diplomatik dengan Amerika Serikat (AS). Turki sebelumnya sudah memperingatkan AS bahwa sanksi dan tekanan tersebut hanya akan membahayakan hubungan antara kedua negara sekutu NATO tersebut. Turki menyebutkan Ankara akan terus membalas terhadap kebijakan tarif AS.
Di sisi yang lain, Bank Sentral Turki belum juga menaikkan suku bunga acuan. Hal ini menambah kekhawatiran adanya krisis ekonomi besar-besaran di Turki.
ADVERTISEMENT
"Pelamahan lira telah lama terjadi dan puncaknya adalah hari ini," ujar Charlie Wilson, manajer portofolio yang berfokus pada pasar negara berkembang di Thornburg Investment Management di Santa Fe, New Mexico, seperti dilansir reuters, Sabtu (11/8).
Ia menambahkan pelemahan tersebut akan terus berlanjut jika Turki bersikeras pada kebijakan ekonomi soft landing.
“Satu-satunya cara untuk memperbaiki kesalahan kebijakan ini adalah benar-benar membuat beberapa perubahan konkret pada sisi fiskal dan moneter," imbuhnya.
Sementara itu, ahli strategi makroekonomi di broker Bulltick LLC, Gregan Anderson, menyatakan naiknya nilai tukar dolar AS terhadap lira bisa menyebabkan efek domino terhadap bank-bank di Uni Eropa. Apalagi banyak investor yang sudah menarik dana mereka dan kemudian dialihkan ke obligasi pemerintah Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT