Layanan ‘Go-Food’ Kurangi Konsumsi Mi Instan di China

19 April 2018 11:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Makanan yang dipesan dari aplikasi (Foto: Febby Dwi Sutianto)
zoom-in-whitePerbesar
Makanan yang dipesan dari aplikasi (Foto: Febby Dwi Sutianto)
ADVERTISEMENT
Selain Indonesia, bisnis pemesanan dan pengiriman makanan berbasis aplikasi juga populer di Tiongkok. Bila di Indonesia ada aplikasi Go-Food, di China terdapat layanan bernama Ele.me dan Meituan. Kedua aplikasi pesan makanan tersebut merupakan pemain utama di Tiongkok.
ADVERTISEMENT
Menurut situs berita China Daily, kehadiran ‘Go-Food’ versi China tersebut mempengaruhi lesunya penjualan mi instan. Sebagai gambaran, penjualan mi dalam kemasan di Tiongkok sebesar 46,2 miliar paket di tahun 2013, kemudian turun menjadi 38,5 miliar paket di 2016.
Penasaran dengan layanan yang ditawarkan, kumparan (kumparan.com) mencoba untuk memesan makanan memakai aplikasi bernama Meituan.
kumparan memesan sop daging sapi pada tengah malam pukul 22.44 waktu setempat dari aplikasi berbahasa Mandarin ini. Setelah makanan ditentukan, kemudian dilanjutkan pembayaran menggunakan layanan nontunai, WeChat Pay.
Selanjutnya, aplikasi di layar ponsel menunjukkan estimasi kedatangan pengiriman pada pukul 23.22 waktu setempat. Selain proses transaksi yang cepat, kumparan memperoleh diskon dan cukup membayar RMB 10,8 (RMB 1 = Rp 2.000) termasuk ongkos kirim, padahal harga asli plus ongkir sebesar RMB 22,8.
ADVERTISEMENT
Lima menit sebelum kedatangan, ponsel saya menerima pesan dan saya menuju lobi asrama di Xiamen University, Siming Campus. Tepat pukul 23.22 waktu setempat, petugas delivery tiba dan makanan pun siap disantap.
Keunggulan layanan pesan makanan berbasis aplikasi ini juga diceritakan oleh pelajar lokal dan asing di Tiongkok.
Petugas food delivery berbasis aplikasi (Foto: China Daily)
zoom-in-whitePerbesar
Petugas food delivery berbasis aplikasi (Foto: China Daily)
Huo, mahasiswi asal Provinsi Hebei, mengaku kerap memesan makanan dan minuman dari aplikasi. Selain menawarkan berbagai diskon, Ia kadang malas untuk keluar asrama dan pergi ke kantin di saat cuaca ekstrem seperti musim dingin dan hujan deras. Alhasil, pemesanan makanan berbasis aplikasi menjadi pilihan.
“Lumayan sering, khususnya saat suhu dan cuaca di luar lagi tak bersahabat. Saya pakai aplikasi Ele.me karena diskonnya banyak,” ujar Huo kepada kontributor kumparan di China Feby Dwi Sutianto, Kamis (19/4).
ADVERTISEMENT
Akibat booming pemesanan makanan berbasis aplikasi, Huo jadi enggan memasak mi instan bila tiba-tiba merasa lapar di tengah malam.
“Saya lebih memilih order makanan pakai aplikasi daripada makan mi instan,” tuturnya.
Sebagai seorang mahasiswi, Huo sangat dimanjakan dengan berbagai tawaran diskon di dalam aplikasi.
“Kadang harga di aplikasi lebih murah daripada beli langsung di restoran karena ada penawaran diskon dan kupon. Kadang juga bisa lebih mahal karena kita harus bayar ongkos kirim,” tambahnya.
Aplikasi pemesanan makanan di Meituan (Foto: Febby Dwi Sutianto)
zoom-in-whitePerbesar
Aplikasi pemesanan makanan di Meituan (Foto: Febby Dwi Sutianto)
Pelajar Asing Juga Kegandrungan ‘Go-Food’ Versi Tiongkok
Espinel asal Ekuador dan Filtra asal Indonesia menceritakan serunya membeli makanan dari aplikasi di dalam ponsel.
Espinel mengaku sangat terbantu dengan kehadiran order makanan berbasis aplikasi karena Ia bisa menikmati berbagai pilihan makanan. Makanan kegemarannya adalah salad.
ADVERTISEMENT
“Saya pesan 3 kali dalam seminggu. Saya order makanan untuk makan siang atau pun malam. Saya biasa pakai Eleme,” ujar Espinel.
Baginya, order makanan via aplikasi terbilang mudah dan cepat meskipun seluruh aplikasi menggunakan Bahasa Mandarin.
“Penggunaannya sangat gampang, kemudian banyak diskon dan pengirimannya tepat waktu,” tambahnya.
Hal serupa juga disampaikan oleh Filtra. Mahasiswi pascasarjana di Xiamen University ini mengaku sangat terbantu dengan kehadiran aplikasi pemesan makanan.
Keunggulan order makanan via online, Ia bisa mengestimasi waktu pengiriman dan tak perlu pusing uang kembalian karena seluruh proses pembayaran memakai layanan pembayaran nontunai yang tersambung dengan ponsel. Selain itu, Ia tak perlu menghabiskan waktu yang panjang untuk pergi ke restoran di saat sedang sibuk menggarap tugas perkuliahan.
ADVERTISEMENT
“Sangat nyaman sekali, jadi enggak perlu capek-capek keluar dari gedung buat nyari makanan. Bisa hemat waktu saat kita sedang sibuk-sibuknya,” kata Filtra.
Selain itu, Ia terbantu dengan komentar pemesan dan pilihan gambar makan plus restoran. Lengkapnya informasi di dalam aplikasi menjadi pertimbangan untuk memesan makanan yang belum pernah dicoba sebelumnya.
“Kalau belum kenal sama rumah makannya, harus lihat komen orang-orang yang pernah beli (komentar di dalam aplikasi). Kalau banyak orang bilang enggak enak, ya enggak pesan,” tutupnya.