Lebaran Segera Tiba, Hati-hati THR Jebol

2 Juni 2019 9:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Uang Rupiah. Foto: Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Uang Rupiah. Foto: Getty Images
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hari Raya Idul Fitri akan tiba dalam hitungan hari. Selain sebagai momen berbagi dengan sesama, terkadang saat Lebaran, banyak pengeluaran lain yang jumlahnya cukup besar. Kelompok masyarakat yang telah berpenghasilan pun memanfaatkan uang Tunjangan Hari Raya (THR) untuk menutup kebutuhan tersebut. Lalu, bagaimana sebaiknya masyarakat mengelola uang THR?
ADVERTISEMENT
Perencana Keuangan Annisa Sagita menyatakan bahwa sejatinya uang THR adalah pemasukan tambahan sehingga penggunaannya harus diatur dengan benar.
“Sesuai namanya, THR itu keperluannya untuk menunjang kebutuhan hari raya. Karena yang namanya hari raya pasti kebutuhan jadi membludak. Makanya ada THR,” ungkap Annisa kepada kumparan, Minggu (2/5).
Artinya, uang THR seharusnya dialokasikan untuk kebutuhan yang berhubungan dengan hari raya. Bukan untuk memenuhi kebutuhan sekunder lainnya. Menurut Annisa, uang THR dapat di alokasikan untuk beberapa hal. Misalnya zakat, biaya makan selama lebaran termasuk jika saat lebaran ibu rumah tangga harus memasak dalam jumlah banyak untuk menjamu tamu. Tak bisa dipungkiri, saat hari raya, harga bahan pangan juga naik.
Selain itu THR yang diterima juga harus dialokasikan untuk memberikan THR juga kepada pekerja di rumah seperti asisten rumah tangga dan satpam. Di sisi lain, budaya mudik juga seringkali membutuhkan biaya lebih. Untuk itu Annisa juga mengimbau agar uang THR juga bisa dialokasikan untuk mudik dan segala keperluannya.
ADVERTISEMENT
Jika semua kebutuhan tersebut sudah terpenuhi, maka menurut Annisa, THR boleh dialokasikan untuk membeli keperluan sekunder lainnya seperti baju lebaran anak-anak atau keluarga. “Kalau masih ada sisa, walaupun umumnya sih enggak, baru bisa dipakai untuk bayar utang atau nabung atau investasi atau hiburan lainnya,” ujarnya.
Senada dengan Annisa, Perencana Keuangan Mike Rini menyatakan ketidaksetujuannya dengan kebiasaan masyarakat memaksakan menambah pengeluaran saat Lebaran.
“Sebenarnya Ramadhan itukan ibadahnya, ya. Tapi seringkali masyarakat terjebak harus beli ini, beli itu. Menurut saya, beli aja yang sekiranya perlu dan sesuai budget,” ujar Mike.
Artinya, pengeluaran di Bulan Ramadhan seharusnya tidak perlu dibedakan dengan bulan-bulan sebelumnya. Sebab, hal tersebut justru akan membebani keuangan keluarga.
Bahkan, menurut Mike, banyak rumah tangga yang jauh-jauh hari telah menganggarkan pengeluaran untuk Idul Fitri. Menurut Mike, jika harga barang konsumsi naik, justru jumlah konsumsi harusnya dikurangi. Sehingga kebiasaan untuk membeli lebih dulu bukan merupakan langkah antisipasi yang baik. Mike juga menyatakan bahwa kebiasaan ini dipengaruhi oleh anggapan masyarakat tentang adanya THR.
ADVERTISEMENT
“Jadi merasa bakal dapat THR, orang beranggapan enggak apa-apa deh beli dulu. Padahal hal demikian belum tentu dibutuhkan,” ujar Mike.
Menurutnya, uang THR seharusnya bisa digunakan sebagai uang tabungan. Mike menyarankan, 10 persen dari uang THR harusnya bisa disisihkan untuk menabung.
“Hitungannya tentu setelah dipotong untuk zakat ya, termasuk memberi THR untuk asisten rumah tangga misalnya, memberi untuk orang tua. Nah nanti sisanya 10 persen bisa untuk tabungan,” ujarnya.
Mike mengatakan momen Idul Fitri seharusnya bisa dimaknai lebih baik tanpa harus membebani pengeluaran rumah tangga. “Jangan memaksakan sesuatu kalau memang tidak butuh,” tutupnya.