news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

LinkAja Akan Jual Produk BUMN Tahun Depan, Mulai Beras hingga Pupuk

20 Maret 2019 10:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Layanan dompet digital TCash berganti nama menjadi LinkAja. Foto: Telkomsel
zoom-in-whitePerbesar
Layanan dompet digital TCash berganti nama menjadi LinkAja. Foto: Telkomsel
ADVERTISEMENT
Layanan uang elektronik yang dimiliki Badan Usaha Milik Negara (BUMN), LinkAja, bersiap untuk melayani penjualan produk BUMN seperti beras milik Perum Bulog hingga pupuk milik Pupuk Indonesia.
ADVERTISEMENT
Menurut Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) Kartika Wirjoatmodjo, saat ini produk BUMN itu baru dijual di Blanja.com, marketplace milik perusahaan joint venture antara Telkom dan eBay.
"Sekarang ini pakai LinkAja sudah dapat promo di Blanja.com, beli beras BUMN sampai pupuk, cuma masih terpisah. Next phase-nya baru kita combine, tahun depan," ucapnya kepada kumparan, Rabu (19/3).
Dia menyampaikan, tujuan dari integrasi ini yakni untuk memudahkan masyarakat dalam mengakses berbagai layanan, termasuk salah satu di antaranya menjual produk BUMN yang sebelumnya mungkin masyarakat sulit memperoleh.
"Nanti kita integrated, tapi masih tahun depan ya. Karena kan kita masih baru, LinkAja baru diluncurkan Februari (2019) kemarin," tegas Tiko, sapaan akrabnya.
Layanan dompet digital TCash berganti nama menjadi LinkAja. Foto: Telkomsel
Pada tahun ini, menurut dia, LinkAja fokus agar bisa diterima sebagai alat pembayaran transportasi publik, seperti tol, KAI, dan MRT Jakarta. Hal itu dilakukan untuk menarik jumlah pengguna.
ADVERTISEMENT
"Tahun ini kita masuk ke yang public transportation dulu ya. Tol, KAI, LRT. Nanti setelah yang transportasi selesai semua, baru kita masuk ke yang itu," katanya.
Adapun LinkAja dimiliki oleh 8 entitas BUMN. Telkomsel menjadi pemilik saham mayoritas sebesar 25 persen. Sementara Bank Mandiri, BNI, dan BRI masing-masing memiliki saham 20 persen. Sisanya dimiliki Pertamina dan BTN masing-masing 7 persen, serta Jiwasraya dan Danareksa masing-masing 0,5 persen.