Masih Impor, Bisakah RI Swasembada Bawang Putih 2021?

30 April 2019 7:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pedagang bawang putih di Pasar Induk Kramat Jati. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pedagang bawang putih di Pasar Induk Kramat Jati. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia sangat bergantung pada impor bawang putih. Dari kebutuhan bawang putih sebesar 360 ribu ton per tahun, 342 ribu ton alias 95 persen di antaranya adalah impor, terutama dari China.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Kementerian Pertanian (Kementan) memasang target swasembada bawang putih pada 2021. Mungkin kah itu dicapai?
Pengamat Pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia, Khudori, mengatakan bahwa swasembada bawang putih mungkin saja dicapai, namun perlu memperhatikan berbagai aspek.
Khudori menyebut, sebetulnya 25 tahun lalu Indonesia pernah nyaris mencapai swasembada bawang putih, namun malah kian bergantung pada impor hingga kini.
“Kita pernah mau swasembada bawang putih sekitar tahun 1994 sampai 1995. Nah ketika terjadi krisis (1998) itu kan termasuk pasar pangan kan dibuka ya, dan sejak itu tidak ada lagi ada proteksi yang memadai,” katanya kepada kumparan, Selasa (30/4).
Ia menilai, insentif yang kurang memadai menjadi sebab bergugurannya para petani bawang putih kala itu.
ADVERTISEMENT
“Ini juga berlaku ketika pemerintah mendorong swasembada bawang putih 2021, apa kira-kira insentif apa yang paling menarik untuk petani untuk ini? Jika tidak ada jaminan harga, tidak ada jaminan keuntungan segala macam, apakah mau sebagai makhluk ekonomi?” terang dia.
Di sisi lain, yang juga jadi “PR” bagi budidaya bawang putih ialah ketersediaan bibit yang tak hanya berkualitas, namun juga mesti sesuai dengan karakteristik wilayah Indonesia.
“Pernah mendatangkan bibit India dan China tapi ternyata kan enggak berhasil karena memang bibit-bibit itu cocok untuk daerah asal. Kayak China daerah dengan 4 musim. Kalaupun itu didorong ke sini mesti ada proses klimatisasi iklim di sini, dan itu butuh waktu,” papar dia.
ADVERTISEMENT
Lahan juga menjadi masalah lain yang perlu diperhatikan. Khudori mengingatkan, persoalan tanah ini juga erat kaitannya dengan daya tarik serta jaminan bagi petani.
Guna mewujudkan target swasembada 2021, Kementan mengklaim sejak 2018 menggalakkan penanaman 11 ribu hektare lahan untuk benih bawang putih.
Pada tahun 2019, jumlahnya akan ditambah menjadi sekitar 20-30 hektare. Itu akan berlanjut hingga 2021, target luas lahan bawang putih ditargetkan menjadi 100 ribu hektare.
“Tapi apa insentif yang menarik? Bawang putih kan fluktuasinya luar biasa jangan sampai tidak ada jaminan (bagi petani), kalau harga jatuh pemerintah mematok harga sekian di atas biaya produksi. Kalau enggak ada itu sulit,” pungkasnya.