Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Membandingkan Pertumbuhan Ekonomi RI di Era SBY dan Jokowi
21 Januari 2018 13:28 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
ADVERTISEMENT
Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kembali menyentil pemerintahan Presiden Joko Widodo. Kali ini Ketua Umum Partai Demokrat tersebut menyindir pertumbuhan ekonomi di era Jokowi yang hanya bisa menyentuh 5%, lebih rendah dibandingkan masa pemerintahannya yang bisa mencapai 6%.
ADVERTISEMENT
Selama menjabat dua periode pemerintahannya dari 2004-2014, pertumbuhan ekonomi di era SBY memang sebagian besar menyentuh 6%. Paling rendah 4,9% pada 2009 yang merupakan dampak dari krisis global yang terjadi pada tahun 2008.
Ekonom Indef, Bhima Yudistira, mengatakan era pemerintahan SBY banyak diuntungkan oleh kondisi ekonomi global yang moncer dan melambungnya harga komoditas dunia. Saat periode itu, daya beli masyarakat cukup bagus.
"Pendapatan masyarakat naik, sehingga konsumsi rumah tangganya bisa support," kata Bhima saat dihubungi kumparan (kumparan.com), Minggu (21/1).
Selama periode kepemimpinannya, SBY memang sangat mengutamakan daya beli masyarakat. Berbagai bantuan seperti bantuan sosial, subsidi, dan bantuan langsung tunai digelontorkan kepada masyarakat secara besar-besaran.
Menurut Bhima, saking sangat takut daya beli masyarakat terganggu, SBY melupakan untuk membangun sektor industri dan infrastruktur. "Tahun 2004 porsi industri manufaktur mencapai 28%, tapi di akhir masa SBY tahun 2014 porsinya merosot tinggal 21%," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Kondisi ekonomi saat SBY juga sempat menurun saat harga komoditas anjlok dan dilakukannya kebijakan tapering off oleh bank sentral Amerika Serikat, The Fed sehingga menyebabkan arus modal keluar. Indonesia, sebelumnya mendapat keuntungan quantitative easing (QE) setelah krisis ekonomi 2008.
Saat ini, Bhima menilai kondisinya sudah mulai membaik. Hal itu terlihat dari ekspor yang naik 16% sepanjang tahun 2017. Selain itu, harga komoditas dan minyak dunia juga sudah mulai membaik. "Tapi masalahnya ada di 16 paket kebijakan untuk stimulus industri belum terasa dampaknya," katanya.
Menurut dia, pemerintahan Jokowi sangat sulit bisa mencapai pertumbuhan ekonomi hingga 6%. Sebabnya, belanja pemerintah saat ini sebagian besar digelontorkan untuk membangun infrastruktur dan mengurangi belanja sosial.
ADVERTISEMENT
"Biaya infrastruktur terlalu besar sehingga mengorbankan belanja lain termasuk subsidi. Akhirnya daya beli masyarakat menurun. 56% PDB disusun oleh konsumsi rumah tangga. Pertumbuhan konsumsi cuma 4,9%," katanya.
Pertumbuhan Ekonomi Era SBY dan Jokowi:
SBY Periode 2004-2009
2005: 5,6%
2006: 5,5%
2007: 6,3%
2008: 6%
2009: 4,6%
SBY Periode 2009-2014
2010: 6,2%
2011: 6,2%
2012: 6%%
2013: 5,6%
2014: 5,02%
Jokowi 2014-2019
2015: 4,88%
2016: 5,02%
2017: 5,05% (proyeksi)