Mendag: Harga Bahan Pokok Terkendali Berkat Tol Laut

4 Februari 2019 14:49 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kapal Perintis Tol Laut melakukan bongkar muatan. Foto: ANTARA FOTO/Budi Candra Setya
zoom-in-whitePerbesar
Kapal Perintis Tol Laut melakukan bongkar muatan. Foto: ANTARA FOTO/Budi Candra Setya
ADVERTISEMENT
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, keberadaan tol laut terbukti mampu menekan harga bahan pokok di luar Jawa. Menurut Enggar, adanya tol laut dapat menekan disparitas antara Pulau Jawa dengan daerah Indonesia Timur. "Pasti sangat berpengaruh karena tanpa tol laut dalam 3 tahun berturut-turut kami tidak akan mampu mengendalikan harga bahan pokok yang rata di seluruh Indonesia. Enggak mungkin," kata Enggar seusai seminar tentang Tol Laut yang bertema 'Melanjutkan Konektivitas, Membuka Jalur Logistik dan Menekan Disparitas Harga' di KM Dorolonda, di Tanjung Perak, Surabaya, Senin (4/2). Namun, Enggar enggan mengungkapkan berapa besar disparitas yang dapat ditekan. "Itu per item ya. Itu kita lihat per item karena per komoditi beda. Mereka rata-rata menggunakan subsidi silang," terangnya.
ADVERTISEMENT
Enggar mengungkapkan, terkendalinya harga bahan pokok di wilayah luar Jawa dapat dilihat saat bulan puasa dan hari besar Idul Fitri tahun lalu. "Selama memasuki bulan suci Ramadan itu dan lebaran itu berkat tol laut lah maka distribusi itu lebih merata dan beban harga produksi ke Timur bisa terjangkau," jelasnya. Kendati demikian, Enggar tak menampik jika program tol laut masih banyak kekurangan. Salah satunya, untuk program itu perlu digelontorkan subsidi. "Tapi ini kita paksakan, dan memang resikonya kita harus memberikan subsidi. Tapi subsidi ini tidak bisa diberikan secara berkepanjangan sambil kita mendorong pertumbuhan ekonomi yang ada di daerah agar (muatan kapal) baliknya itu ada," jelasnya. Enggar tetap optimis jika program tol laut ini bakal memberikan dampak kemajuan baik untuk pemerataan harga di seluruh Indonesia. "Ini kan antara telur dan ayam. Mana didulukan. Harus ada langkah konkrit, kalau kita menunggu baru ada transportasi itu disediakan apabila demand-nya tersedia enggak akan mungkin terjadi, enggak mungkin. Jadi ini langkah yang tepat, harus berkelanjutan. Harus dilanjutan," ungkapnya.
ADVERTISEMENT