Mendag Ungkap Alasan Ditutupnya Gerai 7-Eleven

4 Juli 2017 14:03 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mendag Enggartiasto Lukita (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Mendag Enggartiasto Lukita (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seluruh gerai 7-Eleven resmi ditutup pada 30 Juni 2017. Manajemen beralasan, ditutupnya seluruh gerai 7-Eleven disebabkan keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh perseroan untuk menunjang kegiatan operasional gerai 7-Eleven.
ADVERTISEMENT
Namun, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mencoba mengungkap alasan di balik penutupan gerai tersebut.
Apa sebenarnya penyebabnya?
"Murni usaha. Jadi dalam satu kegiatan usaha kalau dia terus-menerus merugi maka pemegang saham atau direksi harus berani cut loss, berani ambil keputusan," ujar Enggar saat ditemui di kantor Kementerian Perdagangan, Jalan Ridwan Rais, Jakarta, Selasa (4/7).
Seven Eleven ditutup (Foto: Reuters/Agoes Rudianto)
zoom-in-whitePerbesar
Seven Eleven ditutup (Foto: Reuters/Agoes Rudianto)
Menurut Enggar, kondisi demikian sebenarnya bisa diperbaiki melalui investasi yang baru oleh pemilik baru, namun keputusan tetap ada di manajemen perusahaan.
Sebelumnya, PT Charoen Pokphand Tbk (CPIN) juga sempat berencana mengambilalih bisnis 7-Eleven, namun kesepakatan buntu sehingga batal diakuisi.
"Apakah ada kemungkinan diperbaiki dengan investasi berikutnya, pola dan sebagainya itu murni bussiness judgement," katanya.
Hal demikian juga pernah dirasakan Enggar yang notabene adalah seorang pengusaha. Untuk itu, Enggar berencana bertemu manajemen 7-Eleven untuk mencari tahu detail penyebabnya.
ADVERTISEMENT
"Pengalaman saya sebagai pengusaha saya pernah menutup usaha tapi tidak sebesar itu. Jadi tidak timbul gejolak. Akan bertemu dengan manajemen Sevel," imbuhnya.
Tak hanya bertemu pihak 7-Eleven, Enggar juga berencana diskusi bersama Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprrindo) untuk membahas model bisnis serupa.
"(Aprindo minta revisi Permendag) Dia belum kirim surat apapun. Belum ada permintaan. Kita akan lihat, kita dengar dulu dari Sevel-nya. Sesudah dari Sevel, kita dengar dulu dari Aprindo baru kita bahas," pungkasnya.