Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
OPEC Janji Naikkan Produksi, Kenapa Harga Minyak Meninggi?
1 Juli 2018 7:55 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
Melalui perundingan yang alot pada Jumat (22/6) pekan lalu, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC ) yang secara defacto dipimpin Arab Saudi dan mitra utama non-OPEC yakni Rusia, menyepakati untuk menaikkan pasokan minyak mereka ke pasar dunia.
ADVERTISEMENT
Kesepakatan yang dicapai dalam pertemuan di Wina, Austria itu, diharapkan bisa menurunkan harga minyak dunia, sehingga jadi stimulus positif bagi pertumbuhan ekonomi global.
Namun dalam sepekan terakhir, harga minyak dunia justru melonjak 13%. Dikutip dari Reuters, pada Kamis (28/6), harga minyak bahkan melampaui USD 74/barel, tertinggi sejak akhir 2014. Tren harga sepekan ini membuat negara-negara importir utama minyak dunia yakni China, Amerika Serikat, dan India gentar.
Pasar meragukan komitmen OPEC untuk menaikkan produksi minyaknya, hingga menjadi 11 juta barel per hari. CNN Money menyebutkan, investor bertaruh bahwa pemimpin OPEC hanya memiliki sedikit ruang untuk menanggapi krisis di masa depan.
Hal ini bercermin pada kenyataan, makin kerasnya sanksi Amerika Serikat terhadap Iran, produsen minyak utama OPEC dan merupakan yang kelima terbesar di dunia. Mundurnya AS dari perundingan nuklir dengan Iran, membuat Iran kembali mengembangkan program nuklirnya. AS pun mengancam menjatuhkan sanksi ekonomi bagi negara-negara yang mengimpor minyak dari Iran.
"Anda tidak dapat men-tweet persoalan harga minyak yang tinggi dan pada saat yang sama menerapkan sanksi pada Iran tanpa memperhitungkan harga menjadi lebih tinggi," kata Manajer Portofolio BP Capital Fund Advisors, Ben Cook.
ADVERTISEMENT
Apalagi pada saat yang sama, produksi minyak dari dua negara anggota OPEC yakni Venezuela dan Libya juga menurun drastis.
"Itu berarti tidak ada cadangan supply di pasar minyak pada saat ketegangan geopolitik tinggi,” kata mantan pejabat Gedung Putih yang kini menjabat sebagai presiden perusahaan konsultan Rapidan Energy Group, Bob McNally.
Di tengah keraguan pasar atas pasokan minyak dari OPEC itu, produsen minyak utama di Kanada mengalami pemadaman listrik. Hal ini mengganggu aliran minyak mentah ke Amerika Serikat. Tak mengherankan jika kemudian minyak AS melonjak 1,5% dan melampaui USD 74 per barel.