Pajak Impor Barang Konsumsi Mulai Berdampak ke Neraca Perdagangan

15 Maret 2019 12:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
zoom-in-whitePerbesar
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kebijakan pemerintah untuk membatasi impor barang konsumsi dengan pengenaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 Impor pada 1.147 komoditas barang konsumsi, mulai berdampak pada laju impor selama Februari 2019.
ADVERTISEMENT
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor konsumsi selama Februari 2019 senilai USD 1,01 miliar, turun 17,43 persen secara bulanan (mtm) dan turun 26,94 persen dari periode yang sama tahun lalu (yoy).
"Pemerintah menerapkan beberapa kebijakan untuk kendalikan impor, misalnya komitmen kendalikan impor barang konsumsi 1.147 komoditas, PPh dinaikan, itu mulai berdampak," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Jumat (15/3).
Adapun kebijakan pajak barang konsumsi tersebut berlaku pada September 2018, dengan tarif bervariasi dari 2,5 persen hingga 10 persen. Rata-rata dari lima besar komoditas impor barang konsumsi tercatat turun.
Kenaikan impor hanya untuk komoditas buah-buahan yang mencapai 16,2 persen (yoy), dari USD 65,8 juta menjadi USD 76,5 juta. Adapun buah yang paling banyak diimpor yakni jeruk mandarin, apel, pir, dan anggur.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya impor alas kaki yang turun tipis 0,6 persen (yoy), dari USD 63,1 juta menjadi USD 62,7 juta. Impor mesin dan peralatan listrik yang turun 22,5 persen (yoy), dari USD 78,8 juta menjadi USD 61 juta.
Impor makanan olahan turun 14 persen (yoy), dari USD 61 juta menjadi USD 52,4 juta. Barang impor makanan olahan di antaranya kopi instan dan suplemen makanan.
Konferensi Pers Badan Pusat Statistik (BPS) tentang Neraca Perdagangan Februari 2019. Foto: Nicha Muslimawati/kumparan
Impor minyak atstiri, kosmetik, dan wangi-wangian juga menurun tipis sekitar 0,5 persen (yoy), dari USD 45,7 juta menjadi USD 45,5 juta. Barang impor ini di antaranya krim anti jerawat, parfume, krim wajah, eye makeup, dan perlengkaoan rambut.
Secara keseluruhan, laju impor selama bulan lalu USD 12,2 miliar, turun 18,61 persen (mtm) dan 13,98 persen (yoy). Secara tahunan, penurunan impor barang konsumsi cukup signifikan dibandingkan sektor lainnya, seperti impor bahan baku dan barang modal.
ADVERTISEMENT
"Impor barang konsumsi turun 26,94 persen secara tahunan, disusul impor bahan baku penolong 15,01 persen (yoy), dan impor barang modal yang turun 0,8 persen (yoy)," kata dia.
Adapun neraca perdagangan selama Februari 2019 mencatatkan surplus USD 330 juta. Ini merupakan pertama kalinya sejak Otober 2018. Laju ekspor tercatat USD 12,53 miliar, lebih tinggi dibandingkan impor senilai USD 12,20 miliar.
Namun demikian, jika diakumulasikan sejak Januari-Februari 2019, neraca perdagangan masih defisit USD 730 juta. Sebab, neraca migas masih defisit USD 886 juta, menurun dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencatatkan defisit USD 1,7 miliar.