Parsel Lebaran Mulai Ditinggalkan

6 Juni 2018 10:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kebutuhan parsel untuk lebaran. (Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)
zoom-in-whitePerbesar
Kebutuhan parsel untuk lebaran. (Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)
ADVERTISEMENT
Lebaran semakin dekat dan euforianya telah terasa di hampir tiap sudut kota. Berbagai perlengkapan lebaran mulai tampak dijajal, seperti kue kering, baju gamis dan kemeja koko, hingga parsel.
ADVERTISEMENT
Ya, budaya silaturahmi lebaran rasanya kurang lengkap bila tak membawa apa-apa di tangan. Karena itu, tak sedikit orang yang mengandalkan parsel sebagai andalan.
Penjual parsel di Cikini (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Penjual parsel di Cikini (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
Namun, seiring berjalannya waktu, bisnis parsel justru mengalami kondisi stagnan dan cenderung menurun. Salah satu pedagang parsel di Jalan Cikini, Ook, mengatakan bahwa di tahun ini penjualan parsel keramik miliknya cenderung menurun.
Kalau di tahun lalu dia bisa menjual sebanyak 20 hingga 30 parsel per hari, tidak dengan sekarang. Parsel yang dijual oleh Ook hanya mampu terjuL sekitar 5 hingga 10 unit saja per harinya.
"Cenderung menurun. Sekarang masyarakat kurang minat beli parsel. Saya jualan dari hari pertama puasa baru bisa menjual total itu 20 parsel. Biasanya dulu sampai hari sekarang bisa laris 70 unit parcel," kata Ook pada kumparan, Rabu (6/6).
ADVERTISEMENT
Ada lagi parsel lebaran berisi makanan, Nita. Dia mengatakan bahwa penjual parsel di tahun ini tak secerah penjualan parsel di tahun-tahun sebelumnya. Meskipun Nita tidak menghadapi penurunan, namun penjualan parsel di tahun ini diakuinya masih sama dengan penjualan parsel di tahun sebelumnya.
"Masih sama saja seperti tahun lalu, paling jual 20 sampai 30 parsel makanan per hari," tambahnya.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta mengatakan, bisnis parsel bukan merupakan hal yang dianggap luar biasa saat momen lebaran. Masyarakat saat ini sudah semakin meniru negara-negara maju yang jarang melakukan kegiatan memberi parsel.
"Itu kenapa para pedagang parsel musiman, yang hanya berbisnis parsel saat lebaran saja cenderung stagnan," katanya kepada kumparan.
Penjual parsel di Cikini (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Penjual parsel di Cikini (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
Kebijakan pemerintah yang melarang memberi parsel pada pejabat negara juga turut diakui Tutum sebagai salah satu yang berpengaruh terhadap penjualan parsel. Pasalnya, aturan ini tidak hanya berlaku di kalangan pejabat negara saja, tapi juga di perusahaan swasta.
ADVERTISEMENT
"Coba lihat media hari ini, semua himbauan dari KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) untuk tidak menerima barang dalam bentuk apapun saat lebaran, itu jelas sangat berpengaruh. Itu makanya sekarang orang pasti takut untuk memberi parsel ke rekan bisnis," tambahnya.
Tutum menilai, meskipun kondisi bisnis cenderung lesu, namun bisnis parsel ke depannya masih akan tetap ada. Hanya saja, jelasnya, tidak akan menjadi usaha spesialisasi yang menjual parsel khusus saat lebaran saja.
Ditambah lagi dengan didominasinya masyarakat Indonesia oleh kalangan muda yang sudah tidak menggandrungi kegiatan bertukar parsel juga menjadi pemicu bisnis parsel yang akan semakin kehilangan pamor nantinya.
"Ada tapi enggak akan spesialis. Bisa jadi ini mereka buka usaha parsel yang berkelanjutan. Karena semakin maju suatu negara itu kan pasti akan meniru negara-negara maju lainnya. Coba lihat di Thailand, Vietnam, mereka enggak ada tradisi parsel saat hari besar. Maaf, bahkan THR pun hanya ada di Indonesia," tutupnya.
ADVERTISEMENT