Pemakai Premium Sedikit, Pertamina Raup Pendapatan Tambahan Rp 222 M

27 September 2018 8:47 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Persediaan BBM jelang Natal dan Tahun Baru (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Persediaan BBM jelang Natal dan Tahun Baru (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Mayoritas masyarakat yang sebelumnya menggunakan BBM jenis Premium, telah beralih ke Pertalite, Pertamax, bahkan Pertamax Turbo. Hal ini memberikan tambahan pendapatan bagi induk holding BUMN Migas itu Rp 222 miliar per bulan.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati, mengungkapkan Premium digunakan oleh 32 persen kelompok masyarakat. Dengan berbagai program promo dan edukasi oleh Pertamina, ada sekitar 20 persen yang kini berpindah ke BBM jenis lain produksi Pertamina.
"Jadi dari 32 persen masyarakat yang asalnya pakai Premium, 20 persennya sudah shifting ke Pertalite, Pertamax, dan Pertamax Turbo. Itu memberikan tambahan pendapatan Rp 222 miliar per bulan untuk Pertamina," katanya dalam pertemuan bersama Menteri BUMN dengan pimpinan media di Kantor Pusat Bank BNI, Jakarta, Rabu (26/9) malam.
Nicke menjelaskan, dari 20 persen yang sebelumnya merupakan pengguna Premium, 7 persen beralih ke Pertalite, 7 persen ke Pertamax, dan sisanya ke Pertamax Turbo. "Jadi mereka bukan enggak mampu, cuma mungkin selama ini lebih memilih BBM murah," tambah Nicke.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati Kunjungi SPBU Kuningan, Senin (3/9). (Foto: Abdul Latif/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati Kunjungi SPBU Kuningan, Senin (3/9). (Foto: Abdul Latif/kumparan)
Promo yang diluncurkan untuk mendorong masyarakat beralih dari Premium, dikemas dalam program 'Pertamina Energi Berkah'. Yakni berupa pemberian hadiah-hadiah undian, bagi konsumen pengguna BBM non-Premium. Pertamina, kata Nicke, juga menyampaikan edukasi bahwa Premium tidak ramah lingkungan. Sehingga secara jangka panjang, tidak efisien bagi mesin kendaraan bermotor.
Sementara itu, masih ada sekitar 12 persen kelompok masyarakat pengguna Premium. Menurut Nicke, setengahnya merupakan kelompoka masyarakat ekonomi paling bawah. Yakni pendapatannya tak lebih dari Rp 1,5 juta per bulan.
"Dengan harga Premium saat ini, pengeluaran rumah tangga mereka untuk BBM sebesar 4,5 persen dari pendapatan. Dan itu sudah maksimal. Kalau harga Premium dinaikkan, mereka enggak bisa beli lagi," ujar Nicke.
Hal ini yang menjadi pertimbangan Pertamina, untuk tidak meminta kenaikan harga Premium ke pemerintah. Karena dikhawatirkan akan membebani kelompok masyarakat tersebut.
ADVERTISEMENT