Pengusaha: Turis Lebih Suka Belanja di Singapura, RI Pajaknya Tinggi

16 Juni 2019 17:29 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi toko ritel Foto: @shalome05 via AP
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi toko ritel Foto: @shalome05 via AP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tren usaha ritel offline di Indonesia dinilai masih memiliki peluang baik. Meski sekarang belanja online tengah marak, namun pusat perbelanjaan juga mulai mengimbangi dengan melakukan sejumlah inovasi. Sayangnya, usaha keras yang dilakukan para pengusaha ritel ini dinilai belum didukung penuh oleh pemerintah.
ADVERTISEMENT
Salah satu yang dikeluhkan adalah batas pengembalian Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atau Value Added Tax (VAT) refund.
Presiden Direktur Sogo Departemen Store Indonesia Handaka Santosa mengeluhkan tingginya batasan VAT refund membuat wisatawan asing tak berminat belanja di Indonesia.
"Ini bagaimana caranya agar turis datang ke Indonesia enggak hanya jalan-jalan saja, lihat alam. Tapi juga belanja. Sekarang kalau belanja, semua turis lebih pilih ke Singapura atau Bangkok,” ungkap Handaka kepada kumparan, Minggu (16/6).
VAT refund adalah insentif perpajakan yang diberikan kepada orang pribadi pemegang paspor luar negeri berupa pengembalian PPN yang sudah dibayar atas pembelian barang kena pajak di Indonesia, yang kemudian dibawa ke luar daerah pabean atau luar negeri.
Suasana di Matahari Mal Taman Anggrek Foto: Stefani/kumparan
Di Indonesia, pengembalian pajak ini ditetapkan sebesar 10 persen dengan transaksi belanja minimal Rp 5 juta. Beleid ini telah diberlakukan sejak 2010. Sayangnya, batasan transaksi minimal Rp 5 juta masih dinilai terlalu tinggi sehingga belum banyak ritel yang memanfaatkannya. Bahkan dibandingkan negara lain di ASEAN, batasan tersebut dinilai masih terlalu tinggi.
ADVERTISEMENT
“Di Singapura itu hanya belanja Rp 1 juta sudah dapat refund. Kan turis jadi seneng. Lagian kalau belanja Rp 5 juta itu kan banyak sekali. Enggak semua turis sekali belanja Rp 5 juta,” ujarnya.
Menurut Handaka, pemerintah harus mulai mempertimbangkan untuk mengevaluasi kembali besaran batasan VAT refund. Apalagi kini kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia makin meningkat. Handaka berharap, naiknya jumlah wisman juga bisa turut menggerakkan sektor ritel.
Ia pun berharap usaha pemerintah menggenjot sektor pariwisata dilakukan dengan konsep saling mendukung, antara sektor pariwisata dan ritel.
“Wisman sudah cukup banyak masuk Indonesia. Ini bagaimana sekarang membuat Indonesia jadi destinasi belanja,” tandasnya.