Penjelasan Hero Supermarket Harus Tutup 26 Toko dan PHK 532 Karyawan

13 Januari 2019 16:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kegiatan promo di gerai Giant yang dikelola PT Hero Supermarket Tbk. (Foto: Dok. Hero.co.id)
zoom-in-whitePerbesar
Kegiatan promo di gerai Giant yang dikelola PT Hero Supermarket Tbk. (Foto: Dok. Hero.co.id)
ADVERTISEMENT
Keputusan PT Hero Supermarket Tbk (HERO) untuk menutup 26 toko dan melakukan pemutusan hubungan kerja atau PHK terhadap 532 karyawannya cukup mengagetkan sektor industri ritel.
ADVERTISEMENT
Corporate Affairs GM Hero Supermarket, Tony Mampuk, mengatakan perusahaan harus menngambil keputusan itu untuk memastikan keberlangsungan bisnis.
"Toko yang rugi dan beban operasional tinggi yang kita tutup," kata Tony kepada kumparan, Minggu (13/1). Adapun toko yang ditutup tersebar di Jawa dan Sumatera.
Menurut Tony, Hingga kuartal III tahun 2018, perusahaan mengalami penurunan total penjualan sebanyak 1 persen senilai Rp 9.849 milliar, di mana perolehan tahun 2017 adalah Rp 9.961 milliar.
Menurut Tony, bisnis makanan selama sembilan bulan pertama 2018 sangat menantang. Dia membenarkan jika secara konsolidasi ada laba bersih per kuartal III tahun 2018.
Namun, penjualan makanan hingga periode tersebut turun 6 persen dan mengakibatkan kerugian operasi hingga Rp 163 miliar, memburuk dibandingkan pada periode yang sama tahun 2017 senilai Rp 79 miliar.
Asosiasi Pekerja Supermarket (Aspek) dan Serikat Pekerja Hero Supermarket Berdemonstrasi Akibat PHK Sepihak di Depan Kantor Hero, Bintaro, Tangerang Selatan, Jumat (10/1). (Foto: Darin Atiandina/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Asosiasi Pekerja Supermarket (Aspek) dan Serikat Pekerja Hero Supermarket Berdemonstrasi Akibat PHK Sepihak di Depan Kantor Hero, Bintaro, Tangerang Selatan, Jumat (10/1). (Foto: Darin Atiandina/kumparan)
"Secara konsolidasi digabungkan dengan bisnis non-makanan (Guardian dan IKEA) perusahaan masih mendapatkan keuntungan. Tapi secara fundamental bisnis makanan kami merugi dan mau tidak mau harus dilakukan efisiensi yang salah bentuknya adalah mengurangi beban operasional terhadap toko-toko yang merugi," katanya.
ADVERTISEMENT
Tony mengakui Secara umum bisnis ritel masih dalam tekanan. Tak hanya dari online, persaingan yang semakin ketat dan adanya perubahan pola konsumsi di masyarakat juga jadi penyebab kelesuan.
"Selain itu tantangannya juga semakin berat dengan banyaknya regulasi-regulasi yang harus dipenuhi belum lagi perizinan. Ini semua mengakibatkan ekonomi biaya tinggi dan mempengaruhi profitabilitas bisnis ritel," katanya.
Ke depan, Tony mengatakan strategi perusahaan adalah memastikan toko-toko yang ada saat ini bisa dipercaya oleh pelanggan, menawarkan produk berkualitas, memberikan pelayanan yang baik, dan memberikan nilai tambah bagi para pelanggan.
"Dengan melakukan ini maka kita bisa memastikan perusahaan dapat sustain dan para karyawan mendapatkan dampak yang sangat positif," katanya.