Prabowo Sebut Make Indonesia Great Again, Setuju?

12 Oktober 2018 14:39 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Prabowo Subianto. (Foto: AFP/Idhad Zakaria)
zoom-in-whitePerbesar
Prabowo Subianto. (Foto: AFP/Idhad Zakaria)
ADVERTISEMENT
"Kenapa kok bangsa ini tidak berani mengatakan, bagi bangsa Indonesia, Make Indonesia Great Again?"
ADVERTISEMENT
Demikian pernyataan Calon Presiden Prabowo Subianto dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) di Pondok Gede, Kamis (11/10) lalu.
Mirip dengan slogan Donald Trump yang terkenal dengan 'Make America Great Again', Prabowo memodifikasinya dengan maksud yang serupa, yaitu mengedepankan kepentingan nasional. Prabowo mengkritik pada pemerintah Indonesia yang dinilai kurang berani membela kepentingan Indonesia di hadapan negara-negara asing.
Mantan Danjen Kopassus itu berkaca pada keberanian Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mengobarkan perang dagang dengan China untuk melindungi perekonomian dalam negerinya.
Kritik ini beralasan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor Indonesia selama Januari hingga Agustus 2018 sebesar USD 120,1 miliar. Sementara pada saat yang bersamaan impor mencapai USD 124,19 miliar. Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan di angka USD 4,08 miliar hingga Agustus 2018.
ADVERTISEMENT
Derasnya impor ini membuat transaksi berjalan juga mengalami defisit. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), secara kumulatif semester I ini, CAD mencapai USD 13,7 miliar atau 2,6 persen terhadap PDB. Dampak dari defisit ini adalah melemahnya rupiah. Kurs rupiah terhadap dolar AS pagi ini sudah Rp 15.187.
Untuk menekan impor, pemerintah sebenarnya sudah menaikkan tarif pajak untuk 1.147 komoditas dari 2,5 persen menjadi 7 persen. Tapi kebanyakan dari 1.147 komoditas itu adalah barang-barang yang nilai impornya kecil seperti sabun, lipstik, baju, dan lainnya.
Masih banyak barang impor yang mengancam industri domestik, namun tidak dikenakan tarif tinggi, misalnya baja.
“Padahal pabrik baja Indonesia seperti Krakatau Steel merugi karena kalah dengan impor baja dan produk baja dari China. Produksi mereka di sana ada excess capacity. China banting harga dan dumping baja ke Indonesia dengan total Impor USD 10,6 miliar,” kata Ekonom Rizal Ramli di Jakarta, Rabu (3/10).
ADVERTISEMENT
Bukannya memperketat impor, sebaliknya pemerintah Indonesia malah memperlonggar kebijakan impor baja melalui Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 22 Tahun 2018 tentang ketentuan impor besi atau baja, baja paduan, dan produk turunannya.
Dengan makin sulitnya baja China masuk ke pasar AS, Negeri Tirai Bambu akan mengalihkan ekspor baja ke negara-negara lain, termasuk Indonesia. Regulasi yang ada justru semakin membuka pintu bagi baja China untuk membanjiri Indonesia.
Industri Baja (Foto: Reuters/Tyrone Siu)
zoom-in-whitePerbesar
Industri Baja (Foto: Reuters/Tyrone Siu)
Begitu juga dengan industri tekstil nasional yang lesu sejak 7 tahun lalu. Kapasitas terpasang pabrik tekstil pada 2011 mencapai 8,8 juta ton dan pada 2017 tinggal 12,4 juta ton.
Volume produksinya pada 2011 6,4 juta ton, di 2017 tercatat sudah menurun menjadi 6,1 juta ton. Penyebab utama menurunnya kinerja industri tekstil adalah derasnya impor.
ADVERTISEMENT
Industri sawit pun senasib. Uni Eropa akan melarang masuk minyak sawit mulai 2030, kampanye hitam terhadap kelapa sawit pun terus dilakukan. Ditengarai, hambatan-hambatan terhadap sawit dibuat untuk melindungi industri minyak nabati Uni Eropa yang berbahan baku rapeseed.
India melakukan langkah yang sama dengan Eropa, bea masuk impor bagi minyak sawit mentah (CPO) dinaikkan sebesar 44 persen dan turunannya 54 persen. Langkah ini dilakukan karena India ingin mengamankan minyak nabatinya.
Presiden Joko Widodo memberikan sambutan pada Annual Meetings IMF dan World Bank Group Plenary Session di BNDCC, Bali. (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo memberikan sambutan pada Annual Meetings IMF dan World Bank Group Plenary Session di BNDCC, Bali. (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
Namun meski Indonesia ditekan, berlawanan dengan Prabowo, Presiden Joko Widodo (Jokowi) enggan mengobarkan perang dagang. Dalam pidatonya saat membuka Pertemuan Tahunan IMF-World Bank di Bali pagi ini, sembari menyinggung serial Game of Thrones, mengajak para pemimpin dunia untuk menghentikan perang dagang.
ADVERTISEMENT
Menurut Jokowi, perang dagang hanya membawa kehancuran bagi semua negara. Lebih baik semuanya bersatu menghadapi masalah bersama seperti ketidakpastian ekonomi global, perubahan iklim, dan sebagainya.
"perselisihan akan mengakibatkan penderitaan. Bukan hanya bagi yang kalah, namun juga yang menang," kata Jokowi.