Produsen Kosmetik Keluhkan Gempuran Produk Impor

14 Mei 2018 11:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kosmetik. (Foto: freestocks-photos via Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kosmetik. (Foto: freestocks-photos via Pixabay)
ADVERTISEMENT
Industri kosmetik Indonesia mengeluh karena gempuran kosmetik impor masih marak. Ketua Umum Perhimpunan Perusahaaan dan Asosiasi Kosmetika Indonesia (PPA Kosmetika) Putri K. Wardhani menyatakan, adanya kebijakan relaksasi impor oleh pemerintah yang memungkinkan produk kosmetik tidak termasuk dalam sektor wajib verifikasi di pelabuhan membuat pasar domestik dibanjiri produk impor.
ADVERTISEMENT
“Ya betul gempuran kosmetika impor masih marak. Ini salah satunya dampak dari peniadaan verifikasi kosmetika di pelabuhan,” ungkap Putri kepada kumparan (kumparan.com), Senin (14/5).
Menurutnya, banjir kosmetik impor tersebut tidak hanya yang masuk secara ilegal. Putri menyatakan, pihaknya juga mulai khawatir dengan kosmetik impor yang masuk secara legal dan dijual di outlet conventional atau pun melalui e-commerce.
Dia menyebutkan, hingga saat ini pihak-pihak terkait pun masih kesulitan mengetahui jumlah kosmetik impor karena jumlah yang terlalu banyak. Kondisi ini pun dinilai Putri dapat mengancam keberadaan kosmetik lokal.
Ilustrasi Barang Kosmetik (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Barang Kosmetik (Foto: Pixabay)
“Tidak terkelola datanya. Tapi jumlah signifikan tentu mengancam kosmetika lokal juga. Karenanya BPOM sedang menggiatkan kerja sama antar instansi untuk membendung serbuan ini,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Putri, untuk menangani banjir impor kosmetik ini, harus dilakukan secara gotong royong oleh berbagai pihak. Putri berharap pemerintah dapat memberikan perhatian khusus pada hal ini. Menurutnya, menutup keran impor kosmetik tidak hanya menguntungkan produsen lokal namun juga negara.
“Seperti kita ketahui belakangan nilai tukar mata uang kita mengalami tekanan. Selain karena kebijakan Fed Amerika juga karena neraca perdagangan kita yang masih jomplang. Jadi tentu strategi substitusi impor adalah salah satu langkah yang sebaiknya diambil,” tutupnya.