Prospek Bisnis 2019 Suram, Starbucks Akan Tutup 150 Gerai

20 Juni 2018 8:34 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gerai Starbucks di Amerika Serikat. (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Gerai Starbucks di Amerika Serikat. (Foto: Wikimedia Commons)
ADVERTISEMENT
Kedai kopi global asal Amerika Serikat (AS), Starbucks, akan menutup 150 gerai milik mereka, setelah memproyeksikan nilai penjualan pada 2019 akan suram. Akibat kebijakan itu, saham Starbucks jatuh sebesar 3% dalam perdagangan after-hours pada Selasa (19/6) waktu AS.
ADVERTISEMENT
Namun dikutip dari Reuters, perusahaan belum menjelaskan gerai-gerai dimana saja yang akan ditutup. Yang menjadi patokan adalah gerai yang angka penjualannya buruk, antara lain karena sengitnya persaingan kedai kopi di wilayah-wilayah tertentu.
Selain akan menutup 150 gerainya, perusahaan yang berbasis di Seattle itu juga pada saat yang sama akan memperlambat ekspansi pembukaan gerai-gerai baru. Perusahaan juga menyatakan, setiap tahun secara natural telah telah menutup 50 gerai yang kinerjanya buruk.
"Kalaupun ada pertumbuhan penjualan, sifatnya sementara. Yang pasti kami menanggung beban kenaikan biaya dan investasi di masa mendatang. Kinerja kami baru-baru ini tidak mencerminkan potensi merek kami yang luar biasa. Hal ini tidak dapat diterima," kata CEO Starbucks, Kevin Johnson dalam sebuah pernyataan.
ADVERTISEMENT
"Kita harus bergerak lebih cepat untuk mengantisipasi tren yang berubah dengan cepat dari para pelanggan," tambahnya.
Di tengah kondisi yang sulit, Starbucks berkomitmen mengalokasikan dana USD 25 miliar untuk melakukan buy-back saham dan membagikan dividen bagi pemegang saham. Perusahaan juga menargetkan akan menaikkan dividennya 20% menjadi 36 sen dolar per saham.
CEO Starbucks Kevin Johnson. (Foto: AFP/Jason Redmond)
zoom-in-whitePerbesar
CEO Starbucks Kevin Johnson. (Foto: AFP/Jason Redmond)
Di AS, Starbucks memiliki 8.000 kedai kopi. Untuk mengatasi melambatnya pertumbuhan penjualan, perusahaan menjajaki pengembangan sistem penjualan dan transaksi digital pada 2019 mendatang.
Berbagai perubahan strategi bisnis ini, diungkapkan Starbucks hanya beberapa minggu setelah Ketua Eksekutif Starbucks, Howard Schultz, mengumumkan akan mengundurkan diri dari jabatannya pada Juni ini.