Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Angkutan umum di Jakarta, belum sepenuhnya dirasa aman dan nyaman. Misalnya saja, MetroMini yang kondisinya mendesak untuk dibenahi agar lebih menjamin perlindungan bagi masyarakat.
ADVERTISEMENT
kumparan, Selasa (19/3), menelusuri kondisi MetroMini jurusan Pasar Minggu hingga Blok M, dan mendapati masih rawan copet hingga pengemudi yang tak punya Surat Izin Mengemudi (SIM).
Begitu memasuki bus MetroMini, penumpang sudah cukup ramai. Ada sekitar belasan orang yang didominasi oleh laki-laki paruh baya, sebagian ibu-ibu, dan sisanya anak muda.
kumparan sengaja mengambil tempat duduk paling belakang. Selain untuk melihat situasi agar tergambar lebih jelas, juga agar bisa ngobrol leluasa dengan penumpang lainnya.
Sementara, MetroMini melaju kencang dengan beberapa kali ngerem mendadak, hingga berhasil membuat gaduh.
"Woy, hati-hati, jangan ugal-ugalan," celetuk salah seorang penumpang.
Kebetulan, seorang lelaki paruh baya, Endang (67), kondektur MetroMini, duduk tepat di samping kumparan. Ia mengaku telah menjadi kondektur dari tahun 1998, bergelut dan terlibat di sarana transportasi berwarna orange biru itu.
ADVERTISEMENT
"Saya sekarang kadang ya sambil ngamen di sini, sopir-sopir sama pengamen anak muda kenal saya, udah lama, sebelum saya pakai tongkat ini," katanya.
Ia lantas menceritakan kondisi dulu dan sekarang di MetroMini yang telah jauh berbeda. Dahulu, kata dia, bisa dibilang MetroMini pernah berjaya sebagai primadona angkutan umum di Jakarta, namun sekarang penggemarnya kian surut.
"Pada ngeluh sopir, ya dapatnya cuma puluhan ribu aja (sehari)," ujarnya.
Ia pun tak menyangkal, pamor MetroMini kini pelan tapi pasti semakin tersingkir oleh keberadaan alat transportasi modern berbasis online hingga MRT dan Transjakarta. Di sisi lain, menurutnya, penumpang juga tak dipungkiri ada pula yang enggan naik MetroMini lantaran kondisinya yang kurang layak.
ADVERTISEMENT
"Ya kalah kalau sama Transjakarta yang ada AC, terus enggak ada pengamennya, bagus itu buat masyarakat, kalau di sini kan pengamen banyak," tuturnya.
Tak hanya itu, Endang menyebut jelas kalau MetroMini juga tak lepas dari ancaman tindakan kriminal seperti pencopetan yang sudah menjadi rahasia umum.
"Ya banyak itu (copet), makanya kalau mau keluar, tasnya ditaruh di depan. Hati-hati juga, jangan meleng," kata lelaki asal Purwokerto, Jawa Tengah itu.
Di sela perbincangan itu, Endang tiba-tiba memberikan isyarat kepada kumparan, dengan tangan seolah menggorok leher. Isyarat itu ditujukan untuk lelaki yang baru saja masuk MetroMini.
"Hati-hati, ini nih (copet)," ucapnya lirih.
Tak berapa lama ketika melewati daerah Mampang, Jakarta Selatan, isyarat juga disampaikan Endang kepada kumparan. Ada dua lelaki lainnya yang baru saja masuk. Tak lazim, dua lelaki itu ternyata saling mengenal dengan lelaki sebelumnya dan saling berbisik, seolah mengatur siasat.
ADVERTISEMENT
Pandangan mata mereka juga beberapa kali terlihat menerawang sekeliling. Di saat bersamaan, ketiganya kemudian duduk menyebar mengapit duduk seorang pria muda yang terlihat repot menenteng tas dan barang-barangnya.
Begitu lelaki muda itu beranjak turun, ketiga laki-laki itu kemudian juga ikut turun. Namun, kumparan tak bisa melihat apa yang terjadi setelahnya dan belum ada yang menyadari. MetroMini langsung melaju.
Setelah itu, timbullah rasa was-was yang menyeruak. Dan ternyata hal itu juga dirasakan oleh salah seorang penumpang lain yang duduk tepat di samping kumparan, Aziz (24).
"Iya sih, kayaknya emang iya (copet), khawatir juga sih jadinya, makanya cukup tahu saja sih, sambil terus hati-hati," ucapnya.
Sementara para penumpang lainnya, tampak terdiam dan beberapa lainnya terlihat semakin mendekap erat tas atau barang yang dimilikinya dandiletakkan di bagian depan.
ADVERTISEMENT
Setelah sampai di Terminal Blok M, Jakarta Selatan, yang berdekatan dengan Mabes Polri dan Kejaksaan Agung, kumparan pun sempat berbincang dengan para sopir MetroMini. Menyoal keamanan di MetroMini, mereka pun mengatakan tak bisa berbuat banyak untuk keamanan bagi penumpang seperti dari ancaman pencopetan.
"Ya kalau tertangkap saja dikasih ke petugas yang ada, kalau kita kan tugasnya nyopir, makanya barang-barang penumpang diingatkan untuk dijaga masing-masing," kata seorang pengemudi MetroMini, Marbut.
Tak selesai sampai di situ, kumparan juga mendapati masalah lain terkait kecakapan pengemudi MetroMini, yaitu sopirnya yang ternyata belum memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM).
Ialah Puji, remaja 16 tahun yang setiap harinya diperbantukan untuk menjadi sopir MetroMini yang berada di sekitar Terminal Blok M. Ia menjalani profesi sebagai sopir tembak atau dadakan ini sejak 2 bulan terakhir.
ADVERTISEMENT
"Baru dua bulan sih, biasanya sehari paling ngambil 4 rit, gantiin sopir gitu," kata remaja itu.
Ia juga mengaku, tak ada standar khusus ketika dirinya melamar sebagai sopir MetroMini. Syaratnya, hanya berdasar penilaian pemilik MetroMini yang dirasa bisa mengendarai bus.
"Hanya disuruh nyoba nyetir dari belakang sana," imbuh dia.
Selain mengemudikan MetroMini itu, Puji juga mengatakan, biasanya menambah pemasukan dari usahanya mengoperasikan angkot berukuran lebih kecil.
"Diajak teman sih kadang-kadang, buat nyupir angkot," ujarnya.
Ketidakadaan SIM bagi sopir tak hanya terjadi pada pengemudi MetroMini, tapi juga bisa terjadi pada angkot.
"Ya ada juga yang SIM-nya sudah mati, enggak diurus lagi karena faktor ekonomi memang belum memungkinkan. Bantuan dari bos, ya sifatnya pinjaman," ujar Sopir Angkot Pasar Minggu Cijantung Juki (45), ketika ditemui di kawasan Terminal Pasar Minggu.
Terkait hal itu, Kepala Humas Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek ( BPTJ) Budi Rahardjo mengatakan, prosedur keamanan secara fisik kendaraan bisa dilihat dari indikator adanya uji KIR, untuk menentukan kendaraan itu layak beroperasi atau tidak.
ADVERTISEMENT
"Kalau kendaraan mengajukan KIR dia tidak akan diberi lulus KIR sampai dia bisa memenuhi kekurangan itu. Kalau balai pengujian KIR itu milik pemerintah daerah. Bisa juga Dishub melakukan ram-check gitu, bisa untuk melihat kelayakan kendaraan itu juga bisa," ujaranya dihubungi berbeda.
Maka dari itu, ia menekankan, setiap angkutan umum yang beroperasi harusnya telah lolos uji KIR. Meski ia tak juga menyangkal, masih ada kemungkinan apa yang terjadi di lapangan tak selalu ideal.
Sedangkan untuk masalah kualitas dan kapasitas armada bus MetroMini, menurutnya, masih dimiliki oleh otonomi pengusaha. Sementara, aspek profesionalitas atas dasar sertifikasi belum ada.
"Dalam realitasnya, pemerintah belum mempunyai sebuah program khusus bagaimana memberikan sertifikasi kepada pengemudi. Yang sifatnya membutuhkan profesionalitas. Sebagai halnya masinis, pilot, itu kan ada sertifikasinya. Setiap 6 bulan itu diuji lagi, masih layak atau enggak. Tapi kalau pengemudi angkutan umum, setahu saya belum ada pengujian seperti itu. Hanya SIM umum saja," paparnya.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, hingga berita ini diterbitkan, Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta masih belum merespons permintaan konfirmasi kumparan terkait pengemudi tak memiliki SIM, kondisi bus tak laik operasi, hingga bus MetroMini yang rawan copet.