Reformasi Pajak Duterte Picu Investasi Asing Turun, Pertama Sejak 2015

11 Maret 2019 19:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Filipina Rodrigo Duterte Foto: Ezra Acayan/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Filipina Rodrigo Duterte Foto: Ezra Acayan/Reuters
ADVERTISEMENT
Kebijakan perpajakan Presiden Rodrigo Duterte, dituding menjadi pemicu turunnya realisasi investasi asing di Filipina sepanjang 2018 lalu. Penurunan realisasi Foreign Direct Investment atau FDI ini, merupakan yang pertama kali sejak 2015.
ADVERTISEMENT
Mengutip data Bank Sentral Filipina, realisasi FDI negara itu sepanjang 2018 mencapai USD 9,8 miliar atau turun 4,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya, yang mencapai USD 10,3 miliar.
Realisasi itu juga di bawah target Bank Sentral Filipina, yang dipatok sebesar USD 10,4 miliar. Sebelumnya, Bangko Sentral ng Pilipinas sangat yakin target tersebut akan tercapai. Hal itu mengacu pada realisasi FDI 3 kuartal pertama di 2018, yang melampaui tahun 2017.
Deputi Gubernur BSP, Francisco Dakila, seperti dikutip dari Philstar mengatakan arus masuk FDI hingga September 2018 mencapai USD 8,04 miliar. Angka itu melonjak 24,2 persen dibandingkan periode yang sama 2017 sebesar 6,47 miliar.
Tapi data hingga tutup tahun berbanding terbalik dengan harapan. Para ekonom menilai, penurunan realisasi investasi itu dipengaruhi oleh kebijakan perpajakan Presiden Duterte yang tak pasti. Akibatnya banyak investor menunda atau bahkan membatalkan rencana investasi mereka.
Peringatan Hari Buruh di Filipina. Foto: Reuters/Romeo Ranoco
Penyebab lain adalah hambatan infrastruktur, kebijakan pemerintahan Rodrigo Duterte yang tidak menentu, dan pembatasan kepemilikan asing. Investor asing misalnya, maksimal hanya boleh memiliki 40 persen saham di sektor-sektor usaha tertentu.
ADVERTISEMENT
Investasi asing selama ini menjadi sumber utama lapangan kerja baru di Filipina. Tapi yang diraih Filipina tak sampai sepertiga Vietnam, yang mendapat realisasi FDI USD 35,5 miliar di 2018.
FDI juga merupakan motor pendongkrak pertumbuhan ekonomi negara itu, hingga menjadi yang tertinggi di antara negara-negara Asia Tenggara. Pertumbuhan ekonomi Filipina pada 2018 sebesar 6,7 persen, ketiga di bawah Kamboja (6,9 persen) dan Laos (6,8 persen).
Penurunan realisasi investasi asing tahun 2018 ini, berkebalikan dengan tiga tahun sebelumnya dari 2015 hingga 2017 yang terus tumbuh.