RI Kalah Atas Gugatan Brasil di WTO, Peternak Ayam Resah

25 Juli 2019 11:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Bendera Indonesia dan Brazil. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bendera Indonesia dan Brazil. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Para peternak ramai-ramai menolak gempuran ayam ras impor asal Brasil yang mungkin akan segera masuk. Hal ini menyusul kekalahan Indonesia atas gugatan Brasil di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
ADVERTISEMENT
Sekretaris Jenderal Gabungan Asosiasi Pengusaha Peternak Ayam Nasional (GOPAN), Sugeng Wahyudi, mengatakan pihaknya bahkan telah melayangkan surat keberatan kepada Menteri Pertanian Amran Sulaiman pada 17 Juli lalu. Dia mengaku peternak mandiri dalam negeri belum siap untuk bersaing dengan gempuran ayam impor dari Brasil.
"Ketidaksiapan kami ini lebih karena biaya-biaya produksi yang kita keluarkan untuk satu kilogram (kg) ayam itu masih tinggi. Pakan dan bibit ayam (day old chicken/DOC) masih mahal," katanya saat dihubungi kumparan, Kamis (25/7).
Dia melanjutkan, belum lagi dengan produksi daging ayam yang selalu berlebih. Tiap minggu, lanjutnya, kelebihan produksi daging ayam mencapai 8 juta ekor.
"Satu minggu itu pasokan anak ayam mencapai 68 juta ekor. Sementara kebutuhan ayam nasional hanya berkisar 60 juta ekor," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Peternak memberi makan ayam pedaging Foto: ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto
Menurutnya, kalau impor daging ayam ras tetap masuk akan merebut pasar peternak ayam besar di ritel modern. Kalah saing, peternak besar tadi kemudian akan mengalihkan produknya ke pasar tradisional dan mengancam bisnis peternak rakyat.
Efek ini yang menurut Sugeng harus jadi pertimbangan pemerintah. Menurutnya, sebaiknya pemerintah membenahi industri peternakan ayam dalam negeri baik dari sisi efisiensi biaya produksi maupun perbaikan infrastruktur kandang.
"Yang paling penting pemerintah sekarang ini harus mengefisienkan produksi secara nasional dulu baru memperbaiki infrastruktur kandang peternak. Dan ini perlu waktu, tidak bisa cepat," tambahnya.
Sementara itu, Dewan Pembina Perhimpunan Peternak Unggas Nusantara (PPUN), Sigit Prabowo, mengungkap rata-rata biaya produksi daging ayam oleh negara pengekspor 50 persen lebih kecil dari biaya produksi di tingkat peternak mandiri dalam negeri. Karenanya, hal ini akan membuat daging karkas ayam dalam negeri akan kalah saing.
ADVERTISEMENT
"Harga daging ayam impor lebih rendah akan jadi tantangan dalam mendorong konsumsi daging ayam dalam negeri. Seharusnya, kebutuhan daging ayam dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri dengan harga yang terjangkau," tutupnya.