Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
RI Masih Doyan Impor Susu dari Australia sampai Eropa
3 Mei 2018 15:27 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
ADVERTISEMENT
Indonesia hanya mampu memproduksi 200 ribu ton susu segar setiap tahunnya. Sedangkan kebutuhan susu dalam negeri mencapai 1 juta ton per tahun. Sisanya sekitar 800 ribu ton harus diimpor dari berbagai negara seperti Australia, Swedia, dan Belgia.
ADVERTISEMENT
"Susu yang paling banyak diimpor itu adalah susu bubuk karena kemungkinan rusaknya kecil. Kalau susu segar pasti hanya diproduksi dalam negeri," ungkap Kepala Divisi Teknologi Hasil Ternak Institut Pertanian Bogor Epi Taufik saat ditemui dalam acara seminar Frisian Flag dengan tema Kebaikan Susu Dukung Pembentukan Keluarga Kuat Untuk Bangsa Kuat di Hotel Veranda, Jakarta, Kamis (3/5).
Epi menjelaskan Indonesia baru memiliki sekitar 120 ribu peternak sapi laktasi. Sementara kalau dihitung, setiap peternak hanya memiliki sekitar 3 hingga 4 ekor sapi perah. Untuk setiap 1 ekor sapi perah hanya mampu menghasilkan sekitar 10 hingga 12 liter susu per hari.
"Bayangkan kurangnya produksi susu segar dalam negeri kita. Dari semuanya, sebanyak 93% itu peternak kecil sisanya peternak besar dan juga tidak merata. Sekitar 98% peternak sapi itu ada di Jawa, paling banyak di Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut Epi juga mengatakan bahwa saat ini tingkat permintaan susu sapi segar di kalangan masyarakat justru lebih banyak dibanding susu bubuk. Hal ini menjadi tantangan bagi Kementan untuk terus menggenjot produksi susu segar nasional.
"Ini kabar baik. Meningkatnya permintaan susu segar bisa membantu mensejahterakan peternak lokal. Permintaan meningkat, banyak sekali kafe-kafe yang menjual susu segar. Ini sangat membantu peternakan di Indonesia dan mengurangi impor susu bubuk," tutupnya.