RI Produsen Sawit Terbesar di Dunia, Kok Masih Impor Minyak Goreng?

25 Juni 2019 17:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Minyak Goreng Foto: Ela Nurlaela/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Minyak Goreng Foto: Ela Nurlaela/kumparan
ADVERTISEMENT
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, impor minyak goreng selama Mei 2019 mencapai USD 16,2 juta atau 28.534 ton, atau naik 252,1 persen dibandingkan tahun lalu yang hanya USD 4,6 juta atau 4.213 ton.
ADVERTISEMENT
Hal itu cukup miris lantaran Indonesia merupakan salah satu produsen minyak kelapa sawit‎ terbesar di dunia. Pada 2018 lalu, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat, produksi CPO dalam negeri mencapai 43 juta ton.
Lantas, mengapa Indonesia masih impor minyak goreng?
Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), Sahat Sinaga, memprediksi bahwa data yang dimaksud BPS bukan merupakan impor minyak goreng yang berbahan baku dari kelapa sawit.
"‎Saya kira itu kekeliruan pemahaman. Memang ada impor, tapi menurut catatan kami dari Malaysia terutama, itu bukan minyak goreng (sawit)," katanya saat dikonfirmasi kumparan, Selasa (25/6).
Dia pun menjelaskan, impor yang dilakukan Indonesia yakni seperti minyak biji‎ bunga matahari atau sunflower dan minyak rapeseed. Jenis minyak tersebut bukan merupakan minyak yang dipakai memasak oleh sebagian masyarakat masyarakat Indonesia.
Minyak goreng curah di pasar Foto: Antara Foto
Menurut Sahat, jenis minyak itu banyak dipakai oleh restoran yang dimiliki oleh asing. Adapun impor minyak jenis tersebut ‎melonjak tajam, kemungkinan karena banyak masyarakat yang memilih untuk makan di restoran itu pada bulan Mei 2019.
ADVERTISEMENT
"Saya melihat ada pergeseran, masyarakat sudah banyak yang suka makan ke restoran-restoran. Saya lihat itu saja," beber Sahat.
‎Dia menambahkan hingga saat ini, sebenarnya Indonesia malah melakukan ekspor minyak goreng sawit. Namun menurut Sahat, jumlahnya memang berkurang semenjak terdapat kebijakan dana pungutan ekspor menjadi 0 sejak Januari 2019 untuk CPO yang memiliki harga internasional di bawah USD 570 per ton.
"Sekarang ekspor minyak goreng enggak tinggi karena didominasi ekspor CPO, karena dana pungutannya sama dengan 0. Jadi sekarang orang lebih suka mengekspor bahan baku aja," katanya.