Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menyampaikan, janji Prabowo itu bisa dicapai, namun hanya dengan cara menaikkan anggaran subsidi listrik dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
"Menurut saya bisa, tapi berarti itu harus meningkatkan subsidi. Ya yang paling bisa itu, dalam 100 hari kalau tarif diturunkan 20 persen," katanya saat ditemui di Bandara Komodo, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, Kamis (11/4).
Dia menambahkan, jika tarif listrik diturunkan 20 persen, berdasarkan perhitungannya, anggaran subsidi listrik harus dinaikkan sekitar Rp 55-60 triliun. Namun jika memang hal itu dilaksanakan, otomatis terdapat agenda pembangunan infrastruktur yang tak terlaksana.
"Kalau nambah subsidi listrik Rp 55-60 triliun. Itu mau untuk subsidi atau untuk pembangunan, kan ini pilihan. Pilihan tiap pemerintahan tinggal maunya bagaimana, apakah mau enggak membangun kelistrikan di desa yang belum ada listriknya," beber Jonan.
ADVERTISEMENT
Dia menjelaskan, apabila anggaran subsidi ditambah dan pembangunan infrastruktur kelistrikan di daerah berhenti, otomatis akan banyak masyarakat yang semestinya memperoleh bantuan, namun tak dapat. Sebab anggaran itu dialokasikan untuk pemilik jaringan listrik eksisting.
"Itu kalau yang belum ada layanan kelistrikan bagaimana, malah dia enggak dapat subsidi sama sekali. Kan yang dapat subsidi yang sudah ada layanan listrik. Yang enggak punya layanan listrik malah enggak dapat subsidi," jelasnya.
Sementara saat disinggung untuk PLN melakukan efisiensi agar tarif turun, hal itu menurut dia tak realistis dilakukan. Sebab, tarif listrik begitu ditentukan oleh bahan baku listrik seperti gas, BBM dan batu bara yang harganya mengikuti tren internasional.
"Kalau untuk batu bara mau diturunin lagi dari cap yang USD 70 menjadi USD 50 ya bisa, tapi pasti banyak tambang yang hancur. Ini sebenarnya makin lama tarifnya semakin kecil, sudah 2 tahun ini ya tarifnya enggak naik. Malah diskon," tegas Jonan.
ADVERTISEMENT
Dia menambahkan, apabila PLN dipaksa menurunkan tarif listrik namun tak diberi tambahan subsidi, keuangan perusahaan itu diyakini akan terdampak negatif. Sebab pendapatan yang ada dipastikan akan berkurang Rp 55-60 triliun.