Saran Jonan ke Prabowo Agar Harga Listrik Cepat Turun: Tambah Subsidi

12 April 2019 8:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri ESDM, Ignasius Jonan, saat ditemui di Rumah Makan Eksotis Manggarai NTT. Foto: Resya Firmansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri ESDM, Ignasius Jonan, saat ditemui di Rumah Makan Eksotis Manggarai NTT. Foto: Resya Firmansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto berjanji akan menurunkan tarif listrik sebesar 20 persen dalam 100 hari jika nanti terpilih menjadi Presiden. Hal itu disampaikan Prabowo dalam berbagai kesempatan, termasuk dalam kampanye akbar di Gelora Bung Karno Jakarta, Minggu (7/4) kemarin.
ADVERTISEMENT
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, mengaku rencana Prabowo tersebut sebenarnya bisa terealisasi dalam 100 hari kerja, namun dengan beberapa catatan. Apa saja catatan itu? Berikut kumparan rangkum:
1. Subsidi Listrik Ditambah Rp 60 Triliun
Menteri ESDM, Ignasius Jonan, menyebut hal yang paling realistis untuk dilakukan agar tarif listrik bisa turun 20 persen dalam 100 hari kerja ialah dengan menambah subsidi.
"‎Kalau tarif listrik diturunkan 20 persen, subsidinya kira-kira mungkin nambah Rp 55-60 triliun. Kalau subsidi enggak ditambah, tapi tarifnya diturunkan 20 persen, saya kira keuangannya PLN enggak mampu kalau pendapatannya dikurangi Rp 55-60 triliun, pasti rugi, pasti enggak kuat," bebernya saat ditemui di Bandara Komodo, ‎Labuan Bajo, Kamis (11/4).
Sejumlah wisatawan menaiki perahu yang akan membawa ke lokasi snorkling/diving di Pantai Binor dekat Kompleks PLTU Paiton di Probolinggo, Jawa Timur. Foto: Antara/Widodo S Jusuf
Saat ini alokasi anggaran untuk subsidi listrik telah mencapai Rp 60 triliun, jika ditambah Rp 60 triliun lagi menjadi Rp 120 triliun. Namun demikian jika kebijakan itu dipaksakan, otomatis ada anggaran untuk pembangunan yang harus dikorbankan, misalnya program pembangunan jaringan listrik ke desa di daerah pelosok. Hal itu bisa membuat masyarakat yang benar-benar membutuhkan justru tak memperoleh bantuan.
ADVERTISEMENT
"Kan ini pilihan, pilihan tiap pemerintahan tinggal maunya bagaimana. Itu kalau yang belum ada layanan kelistrikan bagaimana, malah dia enggak dapat subsidi sama sekali (kalau subsidi listrik ditambah). Kan yang dapat subsidi yang sudah ada layanan listrik, yang enggak punya layanan listrik malah enggak dapat subsidi," ujarnya.
2. Kurs Rupiah Menguat Jadi Rp 11.000
Selain menambah subsidi, menurut Menteri ESDM, Ignasius Jonan, rencana penurunan tarif listrik bisa dilakukan jika kurs rupiah terhadap dolar AS menguat hingga menjadi Rp 11.000. Saat ini kurs rupiah terhadap dolar AS masih di angka Rp 14.000.
"100 hari itu bisa tarif listrik turun 20 persen tanpa menambah subsidi. Gampang. Sepanjang rupiahnya (kurs terhadap dolar AS) dari Rp 14.00‎0 menguat menjadi Rp 11.000, pasti bisa," ucap Jonan saat ditemui di Rumah Makan Eksotis, Manggarai NTT, Kamis (11/4).
Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto menyapa warga saat kampanye di Solo. Foto: Dok. BPN Prabowo-Sandi
Namun bila ternyata kurs rupiah terhadap dolar AS tak menguat signifikan dan anggaran subsidi listrik tak ditambah, penurunan tarif butuh waktu lama, tak bisa 100 hari. Tarif listrik amat bergantung pada harga energi primer seperti batu bara, gas, dan BBM. Sementara harga energi primer berfluktuasi di pasar global, dan menggunakan mata uang dolar AS.
ADVERTISEMENT
"Kalau tidak begitu, makan waktu memang. Kalau (kurs dolar AS) sekitar Rp 11.000, enggak usah subsidi, enggak usah diubah apa-apa," bebernya.
3. Efisiensi PLN Sudah Dilakukan
Kubu Calon Presiden (Capres) nomor urut 02 Prabowo Subianto, menyebut cara yang ditempuh untuk menurunkan tarif listrik ialah dengan meminta PLN untuk lebih melakukan efisiensi, termasuk menurunkan harga batu bara untuk kelistrikan.
Namun Menteri ESDM Ignasius Jonan pesimistis langkah itu bisa dilakukan. Khusus untuk batu bara, pemerintah sudah mengaturnya lewat Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM Nomor 1395K/30/MEM/2018 yang diberlakukan sejak 12 Maret 2018 lalu. Dengan adanya aturan ini, harga batu bara untuk PLN dibatasi maksimal USD 70 per ton.
Proses dumping tambang batubara. Foto: Sigid Kurniawan/Antara
Jika patokan harga batu bara DMO untuk kelistrikan itu diturunkan lagi, Jonan khawatir iklim investasi di sektor pertambangan rusak. Bahkan bisa-bisa produksi batu bara nasional terganggu.
ADVERTISEMENT
"Kita berusaha begini, ini ada banyak faktor penentu untuk menurunkan tarif listrik. Satu itu energi primer, energi primer harga gas ya. Harga gas bisa turun enggak? Harga gas ini pengaruhnya dari harganya internasional, harga batu bara juga. Kalau mau diturunin lagi (harga batu bara DMO) dari cap yang USD 70 per ton menjadi USD 50 per ton ya bisa, tapi pasti banyak tambang yang hancur. Ada yang ketiga, kalau BBM sama ikut harga internasional," papar Jonan.
Untuk menurunkan tarif listrik juga perlu didorong efisiensi, misalnya menurunkan susut jaringan. Tapi itu tak bisa dilakukan dalam jangka pendek hanya 100 hari seperti yang dijanjikan Prabowo.
"Kalau dibilang efisiensi, satu misalnya susut jaringan ya diturunin sekarang jumlahnya 9,2 persen, nanti diturunin jadi 9 persen, dan sebagainya. Tapi ini pasti bertahap," ucapnya.
ADVERTISEMENT