Sri Mulyani Yakin Indonesia Tak Akan Tertular Pelemahan Ekonomi Dunia

12 Maret 2019 15:50 WIB
clock
Diperbarui 20 Maret 2019 20:07 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sri Mulyani Foto: REUTERS/Darren Whiteside
zoom-in-whitePerbesar
Sri Mulyani Foto: REUTERS/Darren Whiteside
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ekonomi global tahun ini diprediksi mengalami perlambatan. Hal ini terjadi akibat sejumlah negara besar menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi. Kondisi tersebut juga diperparah dengan adanya perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat (AS) dan China.
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tidak menampik bahwa perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia akan terjadi. Menurutnya, hal tersebut sudah diproyeksi sejak akhir 2018.
"Sebetulnya proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang mengalami pelemahan itu sudah di-warning sejak tahun lalu. Terutama pada kuartal terakhir," ungkap Sri Mulyani di Green Office Park 9, BSD, Tangerang, Selasa (12/3).
Menurut Sri Mulyani, jika pertumbuhan ekonomi secara global menurun, maka hal tersebut juga akan berdampak ke pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Untuk itu, pemerintah akan melakukan berbagai upaya agar dampak perlambatan ekonomi global tidak terlalu mengguncang Indonesia. Caranya yaitu dengan memastikan pusat-pusat atau sumber pertumbuhan di dalam negeri tetap bisa menjadi mesin pendorong ekonomi.
"(Sumber) itu adalah investasi, konsumsi, goverment spending dan semuanya harus mampu menjalankan fungsinya," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pemerintah juga fokus untuk menaikkan kegiatan ekspor dan menjaga hubungan baik dengan negara mitra dagang. Bahkan menurutnya, Indonesia juga tengah membidik pangsa pasar baru. Sebab saat ini, negara seperti Filipina, Bangladesh hingga Pakistan mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup baik atau disebut sebagai new emerging market.
"Jadi Indonesia harus tetap mampu untuk menjaga momentum untuk pendorong ekonomi, kita juga akan tetap menjaga agar ekspor meningkat. Kalau untuk impor kita bisa menahan dengan kebijakan B20, maka dari sisi eksternal balance negatifnya jadi lebih kecil," ujarnya.
Pekerja beraktivitas pada proyek pembangunan gedung bertingkat di kawasan Kuningan, Jakarta. Foto: Antara/Aprillio Akbar
Dengan demikian pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap punya potensi untuk meningkat. Bahkan kondisi ekonomi Indonesia kuartal I 2019 juga diprediksi cukup baik. Hal ini dilihat dari indikator Indeks Harga Konsumen (IHK) atau inflasi yang rendah sehingga mencerminkan bahwa harga bahan pangan cukup stabil. Selain itu, konsumsi tetap terjaga di kisaran 5 persen. Hal ini membuat momentum pertumbuhan diprediksi bisa di atas 5 persen.
ADVERTISEMENT
Sedangkan, meski investasi pada 2018 berada di bawah 7 persen, Sri Mulyani optimistis hal tersebut bisa diperbaiki.
Selain itu, kinerja perbankan nasional tahun lalu juga dinilai baik, terutama dari sektor penyaluran kredit yang tercatat double digit berkisar 10-12 persen.
Sedangkan dari sisi pasar saham, Sri Mulyani menilai, ada kapitalisasi yang cukup besar. Sehingga pemerintah pun berharap tahun ini akan ada lebih banyak perusahaan yang bakal mencari pendanaan lewat pasar modal.
"Selain itu pemerintah juga akan tetap melakukan berbagai upaya investasi dan melibatkan swasta. Sehingga private investment tetap terjaga, selain pemerintah akan menjaga capital spending maupun belanja barang hingga meningkatkan kualitas sumber daya manusia," tandasnya.