Strategi Mendag Genjot Ekspor Usai Disentil Jokowi

31 Januari 2018 16:35 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Raker Kementerian Perdagangan di istana negara (Foto: Jihad Akbar/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Raker Kementerian Perdagangan di istana negara (Foto: Jihad Akbar/kumparan)
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo sempat menyinggung kinerja Kementerian Perdagangan yang tak mampu meningkatkan nilai ekspor. Bahkan nilai ekspor Indonesia jauh di bawah negara ASEAN lain seperti Thailand, Malaysia dan Vietnam.
ADVERTISEMENT
Angka ekspor Thailand di 2016 sebesar USD 231 miliar. Sedangkan Malaysia dan Vietnam masing-masing USD 184 miliar dan USD 160 miliar. Sementara itu, Indonesia hanya USD 145 miliar.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita akhirnya buka suara. Dia mengungkapkan sudah punya rencana untuk meningkatkan nilai ekspor mulai tahun ini. Salah satunya adalah dengan memindahkan kantor Indonesia Trade Promotion Center (ITPC) ke negara yang lebih potensial.
“Kita harus lakukan evaluasi kembali atas adanya ITPC, kita tutup di negara yang hasilnya kurang baik dan buka di negara yang potensial,” jelas Enggar saat ditemui di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (31/1).
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita. (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita. (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
Dia mencontohkan, nantinya ITPC Lyon di Prancis akan ditutup untuk kemudian membuka ITPC di Istanbul Turki. Lalu ITPC di Copenhagen, Denmark akan ditutup untuk kemudian membuka ITPC di London, Inggris.
ADVERTISEMENT
“Lalu kita juga akan buka di Shanghai (China). Jadi dengan demikian sesuai perintah Presiden, kita dorong ekspor dengan tempatkan posisi ITPC sebagai ujung tombak,” bebernya.
Selain itu, Enggar menyebut, Kemendag pada tahun ini akan membuka atase perdagangan (Atdag) baru di Islamabad dan Karachi, Pakistan, serta di Bangladesh. Sebab dua negara itu dipandang pemerintah, potensial dalam hal kerja sama perdagangan.
“Kita akan buka Atase Perdagangan di Islamabad dan Karaci, Bangladesh juga. Itu karena negara itu potensial,” jelas Enggar.